ILMU TERNAK UNGGAS
Disusun oleh:
Ridwan
Yuniawan
Kelompok XXIX
Asisten Pendamping : Agus
Slamet Nur Cahyo
LABORATORIUM ILMU TERNAK UNGGAS
BAGIAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Unggas merupakan hewan yang termasuk di dalam kelas Aves
yang telah didomestikasikan dan perkembangbiakan serta cara hidupnya diatur
oleh manusia agar memberikan nilai ekonomis dalam bentuk barang dan jasa.
Sebagai sumber protein hewani asal ternak, disamping penghasil daging juga
berperan sebagai penghasil telur yang merupakan sumber pangan bai manusia.
Termasuk kelompok unggas adalah ayam (petelur dan pedaging), ayam kampung,
itik, kalkun, burung puyuh, burung merpati, dan angsa yang sekarang sudah
diusahakan secara komersial (Yuwanta, 2004).
Ayam
merupakan hewan tingkat tinggi yang berkembang seksual atau dengan melakukan
perkawinan. Secara alamiah ayam dibagi menjadi dua berdasarkan jenis
kelaminnya, yaitu ayam jantan dan ayam betina. Alat reproduksi ayam jantan
terdiri dari alat reproduksi primer dan alat reproduksi sekunder. Alat
reproduksi primer merupakan alat reproduksi utama karena tanpa adanya alat ini
dengan cara apapun ayam tidak akan mungkin menghasilkan keturunan. Alat
tersebut dinamakan testis sedangkan alat reproduksi sekunder terdiri dari epididimis,
vas deferens, dan penis (Sutiyono 2011).
Alat
reproduksi ayam betina yang berkembang dan berfungsi secara normal adalah organ
sebelah kiri. Sedangkan organ sebelah kanan mengalami rudimenter karena tidak
berkembang. Alat reproduksi betina terdiri dari, ovarium, oviduct, uterus, vagina, dan cloaca.
Tujuan Praktikum
Praktikum
Ilmu Ternak Unggas bertujuan untuk mengetahui sistem digesti dan reproduksi
ayam, meliputi anatomi, fungsi, ukuran, berat, faktor yang mempengaruhi ukuran
dan berat, serta organ-organ tambahan yang berperan dalam sistem digesti ayam.
Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah
praktikan dapat menambah pengetahuan serta informasi mengenai sistem digesti
dan reproduksi ayam, meliputi anatomi, fungsi, ukuran, berat, faktor yang
mempengaruhi ukuran dan berat, serta organ-organ tambahan yang berperan dalam
sistem digesti ayam.
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah pisau scapel
bermerek One mad, kaca, plastik
berukuran 1x1 m, pita ukur merek butterfly, timbangan elektrik merek Camry dengan kapasitas 2 kg, dan gunting
bedah bermerek One mad.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
ayam layer afkir jantan dan betina yang sudah disembelih tetapi masih utuh
berumur lebih dari 72 minggu. Ayam A
dengan berat 1695 gram
dan ayam B dengan berat 1662
gram dan satu ayam jantan.
Metode
Ayam layer afkir yang telah dipotong
dan dibersihkan bulunya disiapkan, kemudian ditimbang dan dibedah serta
dikeluarkan seluruh organ pencernaan dan reproduksinya (tanpa terpotong). Objek lalu diletakkan di atas
alas plastik dan diamati masing-masing organnya. Masing-masing organ kemudian diukur panjang
perbagian, kemudian dipotong perbagian, ditimbang, dan dicatat hasilnya pada
laporan sementara.
Hasil
dan Pembahasan
Sistem
Digesti
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan, didapatkan data hasil pengamatan sistem digesti ayam
yang terdiri dari oesophagus,
crop, proventriculus, gizzard, usus
halus, coecum, usus besar, dan kloaka sebagai berikut[a1] :
Parameter
|
Ayam A
|
Ayam B
|
||
Panjang
(cm)
|
Berat
(gram)
|
Panjang
(cm)
|
Berat
(gram)
|
|
Oesophagus
|
18
|
6
|
20
|
18
|
Crop
|
5
|
13
|
5
|
8
|
Proventriculus
|
5
|
9
|
7
|
11
|
Gizzard
|
6
|
30
|
8
|
32
|
Usus Halus:
|
||||
a. Duodenum
|
36
|
13
|
24
|
21
|
b. Jejunum
|
61
|
36
|
68
|
25
|
c. Ileum
|
37
|
18
|
49
|
21
|
Coecum
|
12
|
9
|
17
|
10
|
Usus Besar
|
18
|
12
|
7,5
|
4
|
Kloaka
|
2
|
5
|
3
|
17
|
Praktikum
ini menggunakan dua ekor ayam layer afkir betina yang berumur lebih dari 72 minggu. Masing-masing ayam
ditimbang dan didapatkan hasil berat ayam A adalah 1695 gram, dan ayam B adalah 1662 gram. Sistem pencernaan terdiri dari saluran
pencernaan dan organ aksesori.
Saluran pencernaan merupakan organ yang menghubungkan dunia luar dengan dunia
dalam tubuh hewan, yaitu proses metabolik di dalam tubuh. Organ asesori terdiri dari pankreas dan hati (Suprijatna et
al., 2005).
Urutan mekanisme pencernaan pada ayam adalah mulut, oesophagus,
tembolok (crop), proventriculus, empedal (gizzard), usus
halus (small intestinum) yang terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum, coecum (coecum), usus besar, dan kloaka (Yuwanta, 2004). Sistem pencernaan pada unggas
tergolong cepat karena membutuhkan waktu cerna hanya 2,5 jam pada ayam petelur dan
8 sampai 12 jam pada ayam lain (Scanes et al. 2004). Menurut Rasyaf (2008), alat
pencernaan pada tubuh ayam pendek, tetapi cukup efisien karena tidak banyak
nutrisi yang ikut terbuang ke dalam tinja sehingga ayam tidak akan kekurangan
gizi.

Gambar 1. Ayam layer secara keseluruhan
Mulut. Mulut merupakan bagian dari
sistem digesti unggas yang pertama. Pemecahan
partikel pakan dilakukan oleh paruh. Mulut
menyekresikan saliva yang mengandung
enzim amilase dan maltase. Menurut
Fadilah et al., (2011) enzim amilase berfungsi untuk menguraikan
karbohidrat menjadi glukosa. Hasilnya akan diserap oleh usus kecil untuk
didistribusikan ke seluruh tubuh ayam. Menurut Asmadi (2008), enzim maltase berfungsi untuk memecah maltosa
dan oligosakarida menjadi glukosa.
Mulut
juga berfungsi untuk melumatkan makanan agar makanan mudah
ditelan. Makanan
yang telah dilumatkan kemudian masuk ke dalam oesophagus. Pakan masuk ke dalam mulut ayam masih dalam keadaan
utuh, kemudian dengan tekanan lidah masuk ke dalam rongga pharynk dan turun ke oesophagus
oleh gaya gravitasi. Mulut
menghasilkan saliva yang mengandung amilase
dan maltase saliva, tetapi pemecahan
bahan pakan di mulut ini kecil sekali karena mulut hanya digunakan untuk lewat
sesaat (Yuwanta, 2004). Mulut berfungsi untuk
minum dan memasukkan makanan, menghasilkan air liur yang mengandung enzim
amilase (enzim pengurai makanan), dan mempermudah makanan masuk kedalam
kerongkongan (Fadilah et al., 2011)

Gambar 2. Mulut
Oesophagus.
Berdasarkan praktikum didapatkan panjang oesophagus
ayam A dan ayam B masing-masing 18
cm dan 20 cm, serta masing-masing
berat oesophagus ayam A dan ayam B adalah 6 gram dan 18 gram. Menurut Amrullah
(2003), panjang saluran pencernaan dari mulut hingga proventriculus
berkisar 35 cm dengan umur ayam 1,5 tahun. Apabila dibandingkan dengan
literatur tersebut panjang oesophagus ayam A dan B berada di bawah
kisaran normal. Perbedaan ukuran dan massa dapat dipengaruhi oleh umur ayam. Menurut Yuwanta (2004) bahwa
perbedaan ukuran tersebut mungkin disebabkan perbedaan dalam pemberian pakan,
penyakit, umur dan jenis unggas.
Oesophagus
tidak mensekresikan enzim (Kartadisastra 2008). Oesophagus
menghasilkan mukosa yang membantu melicinkan pakan menuju ke tembolok. Di dalam oesophagus juga terjadi
pencernaan secara mekanik yang disebut dengan gerak peristaltik. Gerak
peristaltik dibantu oleh cairan musin yang disekresikan dinding oesophagus
berfungsi sebagai pelicin. Menurut Fadilah et al., (2011), Kerongkongan atau oesophagus
berfungsi untuk menyalurkan makanan dari mulut ke tembolok.

Crop. Crop
merupakan organ lewatnya makanan setelah makanan lewat oesophagus. Crop
berfungsi sebagai tempat menampung makanan. Crop
menentukan secara fisik saat ayam harus makan atau saat ayam berhenti makan. Crop terisi penuh maka saraf pada crop akan mengirim pesan ke hipothalamus untuk berhenti makan,
begitu sebaliknya. Menurut Fadilah (2004), panjang crop adalah 7 sampai
10 cm dengan berat 8 sampai 12 gram.
Hasil pengukuran panjang dan penimbangan crop pada ayam A adalah 5
cm dengan berat 13
gram, dan hasil pada ayam B adalah 5 cm dengan berat 18 gram. Berat crop ayam A dan ayam B melebihi kisaran normal. Berat
crop ayam yang melebihi normal disebabkan masih terdapat sedikit pakan
yang menempel pada crop pada saat penimbangan. Menurut Yuwanta (2004) bahwa
perbedaan ukuran tersebut mungkin disebabkan perbedaan dalam pemberian pakan,
penyakit, umur dan jenis unggas.
Crop
adalah modifikasi dari oesophagus. Fungsi
utama crop adalah untuk menyimpan
pakan sementara, terutama pada saat ayam makan dalam jumlah banyak. Bolus berada di crop selama 2 jam. Kapasitas crop mampu menampung pakan 250 gram. Crop terdapat saraf yang berhubungan
dengan pusat kenyang-lapar di hipotalamus
sehingga banyak sedikitnya pakan yang terdapat dalam crop akan memberikan respon pada saraf untuk makan atau
menghentikan makan (Yuwanta, 2004).
Ayam
cenderung meningkatkan konsumsi kalau diberi pakan rendah energi. Pakan yang
rendah energi biasanya bersifat amba. Dalam kondisi demikian, ayam akan
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan energinya, karena sebelum terpenuhi, ayam
akan berhenti mengkonsumsi karena cepat kenyang. Apabila ayam terus kekurangan
energi, maka ayam akan mengeluarkan simpanan energi dalam tubuh. Energi
tersebut pertama dapat berasal dari glikogen yang tersimpan dalam jumlah
sedikit dalam tubuh baik pada hati maupun darah, kalau masih kekurangan, maka
akan diambilkan dari cadangan lemak tubuh. Fase terakhir kekurangan energi akan
menyebabkan tubuh memobilisasi jaringan-jaringan protein untuk mempertahankan
tingkat gula darah dan fungsi vital lainnya (Widodo, 2002).

Gambar 4. Crop
Proventriculus.
Proventrikulus adalah suatu pelebaran dari
kerongkongan sebelum berhubungan dengan gizzard
(empedal). Kadang-kadang
disebut glandula stomach atau true stomach. Disini,
gastric juice diproduksi. (Suprijatna et al., 2005). Proventrikulus
disebut juga perut kelenjar atau succenturiate
ventricle atau glandular stomach
yang mensekresikan pepsinogen dan HCl
untuk mencerna protein dan lemak. Pada
proventrikulus lintasan pakan sangat
cepat masuk ke empedal melalui isthmus proventrikulus
sehingga secara nyata belum sempat dicerna. Sekresi pepsinogen tergantung pada stimulasi syaraf fagus, pakan yang
melintas, dan aksi cairan gastrik. Pada keadaan tidak makan, sekresi glandula
perut ini 5 sampai 20
ml/jam dan mampu mencapai 40 ml ketika ada pakan (Yuwanta, 2004).
Berdasar praktikum
didapat panjang proventriculus ayam A dan ayam B masing-masing 5 cm dan 7 cm, serta berat proventriculus
ayam A dan B masing-masing 9
gram dan 11
gram. Menurut Fadilah (2004), proventriculus
memiliki pH 4 yang berarti memiliki sifat asam dan memiliki dinding halus, panjang
proventriculus 7 cm dan berat 6 gram. Jadi panjang proventriculus
ayam A berada dibawah normal sedangkan ayam B berada pada kisaran normal berdasarkan panjang dan diatas kisaran normal
berdasarkan berat. Menurut Yuwanta (2004), perbedaan ukuran tersebut
disebabkan perbedaan pemberian pakan, penyakit, umur dan jenis unggas.

Gambar 5. Proventriculus
Gizzard.
Berdasarkan praktikum didapatkan panjang gizzard
ayam A dan ayam B masing-masing 6 cm dan 8 cm serta berat gizzard ayam A dan ayam B
masing-masing 30
gram dan 32
gram. Menurut Yoder et, al., (2013), gizzard
yang normal memiliki panjang 5 cm
sampai 7,5 cm dengan beratnya 25 gram
sampai 30 gram. Jadi, gizzard
ayam A berada
dalam kisaran normal dan ayam B di atas kisaran normal. Menurut Yuwanta (2004) bahwa
perbedaan ukuran tersebut mungkin disebabkan perbedaan dalam pemberian pakan,
penyakit, umur dan jenis unggas. Menurut Zuprizal (2006), panjang gizzard
kurang lebih 5 cm dengan tebal 2
cm dan tersusun dari otot-otot yang kuat dan keras, akan tetapi pada praktikum
ini tidak dilakukan perhitungan panjang dan tebal gizzard. Menurut Yuwanta (2004),
empedal (gizzard)
disebut juga perut muskular yang merupakan kepanjangan dari proventriculus. Fungsi utama empedal adalah
memecahkan/melumatkan pakan dan mencampurnya dengan air menjadi pasta yang
dinamakan chymne. Pada empedal
disekresikan koilin yang berfungsi
melindungi permukaan empedal terhadap kerusakan yang mungkin disebabkan oleh
pakan atau zat lain yang tertelan.

Gambar 6. Gizzard
Usus
halus. Usus
halus merupakan organ utama tempat berlangsungnya pencernaan dan absorbsi
produk pencernaan. Berbagai enzim yang masuk ke dalam saluran pencernaan ini
berfungsi mempercepat dan mengefisiensikan pemecahan karbohidrat, protein, dan
lemak untuk mempermudah proses absorbsi (Suprijatna et al., 2005). Berdasar
praktikum, didapat panjang total usus halus ayam A dan B masing-masing yaitu 134 cm dan 141 cm. Menurut Yuwanta (2004)
bahwa panjang usus halus mencapai 120 cm, jadi panjang usus halus kedua ayam
tersebut berada di atas kisaran normal.
Usus
halus menghasilkan enzim pemecah protein (erepsin),
pemecah lemak (lipase) dan
karbohidrat (maltase dan saccharase) (Kartadisastra 2008).
Menurut Akoso dalam Widianingsih (2008), selaput lendir usus halus mempunyai
jonjot yang lembut dan menonjol seperti jari. Fungsi selaput lendir usus halus
selain sebagai penggerak aliran pakan dalam usus juga untuk meningkatkan
penyerapan sari makanan. Menurut Yuwanta (2004), Usus
halus terdiri dari tiga bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum.
Duodenum.
Duodenum,
bermula dari ujung distal gizzard. Bagian
ini berbentuk kelokan, disebut juga duodenal loop. Pankreas menempel pada
kelokan ini. Pankreas
mensekresikan pancreatic juice yang mengandung enzim amilase, lipase, dan
tripsin (Suprijatna et al., 2005). Pada
bagian ini terjadi penernaan yang paling aktif dengan proses hidrolisis dari
nutrien kasar berupa pati, lemak dan protein. Duodenum
merupakan tempat sekresi enzim dari pancreas dan getah empedu dari hati (Yuwanta, 2004). Sekresi enzim pankreas
distimulasi oleh kholesitokinin-pankreosimin, yaitu hormon peptida dari
intestinum, tetapi dihambat oleh somastotatin dan glukagon. Karena di duodenum ini banyak disekresikan getah
empedu maka sifat cairannya adalah asam (pH 6) (Yuwanta, 2004).
Duodenum terdapat pada bagian paling atas dari usus halus dan
panjangnya mencapai 24 cm (Yuwanta, 2004).
Panjang duodenum ayam A adalah 36 cm dan berat 13 gram, serta ayam B 24 cm dan berat 21 gram. Jadi, panjang kedua duodenum
ayam A dan ayam B berada di atas kisaran normal. Menurut Yuwanta (2004) bahwa perbedaan ukuran
tersebut mungkin disebabkan perbedaan dalam pemberian pakan, penyakit, umur dan
jenis unggas.

Gambar 7. Duodenum
Jejunum.
Jejunum merupakan kelanjutan dari duodenum yang fungsinya sama dengan duodenum. Pada bagian ini proses
pencernaan dan penyerapan zat makanan yang belum diselesaikan pada duodenum dilanjutkan sampai tinggal
bahan yang tidak dapat tercerna (Yuwanta, 2004). Panjang jejunum ayam A
adalah 61 cm dan berat 36 gram, serta ayam B 68 cm dan berat 25 gram. Menurut Zuprizal
(2006), pada unggas dewasa panjang usus halusnya kurang lebih 120 cm dibagi menjadi tiga yaitu duodenum
seperti huruf “u” dengan panjang kurang
lebih 24 cm, jejunum kurang lebih 50 cm, dan ileum
kurang lebih 50 cm. Jadi, panjang
jejunum ayam A dan ayam B berada di atas kisaran normal. Menurut Yuwanta (2004) bahwa
perbedaan ukuran tersebut mungkin disebabkan perbedaan dalam pemberian pakan,
penyakit, umur dan jenis unggas.
Menurut Sukaryana et al., (2011),
protein kasar terutama dicerna dalam duodenum
dan pada bagian ini telah terjadi penyerapan asam amino, sedangkan penyerapan
yang paling besar terjadi dibagian jejunum.

Gambar 8. Jejunum
Ileum.
Ileum
mempunyai banyak vili-vili untuk memperluas bidang penyerapan. Batas antara jejunum
dengan ileum berupa tonjolan
kecil yakni micelle diverticum. Ileum merupakan kelanjutan dari duodenum yang fungsinya sama dengan duodenum. Pencernaan
dan penyerapan zat makanan yang belum diselesaikan oleh duodenum dilanjutkan sampai tinggal bahan yang tidak dapat dicerna
(Yuwanta, 2004). Panjang ileum ayam A
adalah 37 cm dan berat 18 gram, serta ayam B 49 cm
dan berat 21
gram. Menurut Zuprizal (2006), pada unggas dewasa panjang usus halusnya kurang lebih 120 cm dibagi
menjadi tiga yaitu duodenum seperti huruf “u” dengan panjang kurang lebih 24 cm, jejunum
kurang lebih 50 cm, dan ileum
kurang lebih 50 cm. Jadi panjang ileum
ayam A dan ayam B berada di bawah kisaran normal. Menurut Yuwanta (2004) bahwa
perbedaan ukuran tersebut mungkin disebabkan perbedaan dalam pemberian pakan, penyakit,
umur dan jenis unggas. Menurut Balqis et
al., (2007), didalam ileum
terdapat sel Goblet. Sel Goblet ileum mensekresikan, menyimpan, dan
melepaskan musin ke dalam lumen untuk menambah kapasitas lendir.

Gambar 9. Ileum
Coecum.
Diantara usus halus dan usus
besar, terdapat dua kantong yang disebut sebagai ceca (usus buntu). Pada unggas dewasa yang sehat, ceca berisi pakan yang lembut yang
keluar masuk (Suprijatna et al., 2005). Coecum terdiri dari dua seka atau
saluran buntu. Beberapa
nutrien tidak tercerna mengalami dekomposisi oleh mikrobia coecum, tetapi jumlah dan penyerapannya kecil sekali. Bagian coecum juga terjadi digesti serat kasar
yang dilakukan oleh bakteri pencerna serat kasar. Kemampuan mencerna serat
kasar pada bangsa itik lebih besar daripada ayam sehingga coecum itik lebih berkembang dari pada ayam (Yuwanta, 2004). Bakteri pencerna serat kasar pada unggas adalah selulase
dan hemiselulase. Bakteri selulase
akan mencerna selulosa dan bakteri hemiselulase
akan mencerna hemiselulosa pada serat kasar. Rasyaf (2008) menyatakan bahwa
serat kasar pada pakan yang dimakan kemudian diperlunak dan diubah menjadi
asam. Menurut Muslim (2005), serat kasar tidak dapat dipisahkan begitu saja
dengan karbohidrat, sebab bersama-sama dengan bahan ekstrak tanpa nitrogen
(BETN) merupakan komponen penyusun karbohidrat.
Berdasarkan
praktikum, didapat panjang coecum ayam A 12 cm dan berat 9 gram, sedangkan ayam B 17 cm dan berat 10 gram. Menurut Suprijatna et
al., (2005) dalam keadaan normal, panjang setiap ceca 6 inci atau 15 cm. Menurut
Yuwanta (2004), berat coecum
dipengaruhi oleh seberapa besar kemampuan coecum di dalam mencerna serat
kasar. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ayam A lebih
pendek dan ayam B lebih
panjang dari kisaran normal. Perbedaan ukuran yang sedikit lebih panjang
ataupun lebih pendek ini dapat disebabkan oleh ukuran tubuh yang lebih besar
atau lebih kecil dan hal ini dapat memungkinkan pula bahwa panjang saluran
pencernaan khususnya pada coecum dapat lebih panjang. Beberapa nutrien
yang tidak tercerna mengalami dekomposisi oleh mikrobia coecum, tetapi jumlah dan penyerapannya kecil sekali. Pada bagian coecum juga terjadi digesti serat kasar
yang dilakukan oleh bakteri pencerna serat kasar (Yuwanta,2004).
Serat
kasar memiliki manfaat dalam membantu gerak peristaltik usus, mencegah
penggumpalan ransum, mempercepat laju digesta dan memacu perkembangan organ
pencernaan. Serat kasar yang tidak dicerna akan membawa nutrient lain keluar
bersama ekskreta. Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin
yang sebagian besar tidak dapat dicerna unggas dan bersifat sebagai pengganjal
atau bulky. Kadar serat kasar yang terlalu tinggi, pencernaan nutrient akan
semakin lama dan nilai energy produktifnya semakin rendah. Serat kasar yang
tinggi menyebabkan unggas merasa kenyang, sehingga dapat menurunkan konsumsi
karena serat kasar bersifat voluminous. Pencernaan serat kasar di coecum dengan bantuan mikroorganisme
yang disebabkan ungggas tidak memiliki enzim selulase yang dapat mencerna serat
kasar. Pencernaan serat kasar pada unggas yang terjadi di coecum mencapai 20
sampai 30% (Prawitasari et al., 2012).

Gambar 10. Coecum
Usus
besar. Usus
besar (rectum) dinamakan juga
intestinum crassum. Bagian ini terjadi perombakan
partikel pakan yang tidak tercerna oleh mikroorganisme menjadi feses, pada bagian ini juga bermuara
ureter dari ginjal untuk membuang urin yang bercampur dengan feses sehingga
feses unggas dinamakan ekskreta (Yuwanta, 2004). Feses dan urin sebelum
dikeluarkan mengalami penguapan air sekitar 72% sampai 75%. Rerata waktu yang diperlukan
untuk lintas pakan di dalam saluran pencernaan unggas kurang lebih 4 jam. Muara ureter dinamakan
urodeum, muara sperma dinamakan protodeum, dan muara feses dinamakan koprodeum
(Yuwanta, 2004).
Berdasarkan
praktikum, didapat panjang usus besar ayam A 18 cm dan berat 12 gram, sedangkan ayam B 7,5 cm dan berat 4 gram. Menurut Fadilah et al. (2007), panjang usus besar ayam dewasa adalah 10 cm, berat
usus besar pada ayam sebesar 4 sampai 6 gram. Panjang usus besar ayam A berada diatas kisaran normal dan ayam B dibawah
kisaran normal. Menurut Fadilah (2005), Usus besar berfungsi sebagai
penambah kandungan air dalam sel tubuh dan memberikan keseimbangan air dalam
tubuh ayam.

Gambar 11. Usus besar
Kloaka.
Kloaka merupakan organ
pembuangan pada sistem digesti unggas. Kloaka
merupakan muara dari tiga saluran yaitu cuprodeum,
urodeum, dan protodeum. Cuprodeum
merupakan saluran keluarnya feses, urodeum
merupakan saluran keluarnya urin, dan protodeum
merupakan saluran keluarnya hasil reproduksi yaitu telur. Hasil
pengukuran panjang dan berat kloaka pada ayam A adalah 2 cm dengan berat 5 gram, dan pada ayam B
adalah 3 cm dengan berat 17 gram. Menurut Yuwanta (2004),
panjang kloaka sekitar 1 sampai 2 cm Jadi, ukuran kloaka ayam A berada dikisaran normal dan ayam B berada diatas kisaran normal. Faktor
yang mempengaruhi adalah umur ayam, ukuran ayam, strain ayam, dan jenis pakan yang diberikan pada ayam.
Vent atau kloaka pada
ayam berfungsi sebagai lubang pengeluaran sisa pencernaan (Fadilah, 2005).

Gambar 12. Kloaka
Organ Tambahan Ayam
Organ pencernaan ayam mempunyai tiga organ tambahan yaitu
hati, pankreas, dan limfa yang berfungsi untuk membantu dalam proses mencerna
pakan ayam. Berdasarkan[a4]
pengamatan yang dilakukan, didapatkan data hasil pengamatan organ tambahan ayam
sebagai berikut
Tabel 2. Organ Tambahan
Parameter
|
Ayam A
|
Ayam B
|
||
Panjang
(cm)
|
Berat
(gram)
|
Panjang
(cm)
|
Berat
(gram)
|
|
a. Hati
|
7
|
29
|
8
|
30
|
b. Pankreas
|
12
|
3
|
9
|
5
|
c. Limfa
|
1,24
|
2
|
2
|
1
|
Organ pencernaan ayam (unggas) ada dua pembagian, yaitu organ pencernaan
utama dan organ pencernaan tambahan. Organ pencernaan utama terdiri dari mulut
(paruh), oesophagus, tembolok (crop), proventiculus, empedal (gizzard), duodenum, jejunum, dan ilium, coecum (usus
buntu), rektum, kloaka. Organ pencernaan tambahan meliputi hati, pankreas, dan
limfa (Yuwanta, 2004).
Hati. Hati merupakan organ tambahan
pada unggas yang berfungsi untuk mensekresikan getah empedu. Hasil pengukuran
panjang dan berat hati pada ayam A adalah 7
cm dengan berat 29
gram, dan pada ayam B adalah 8
cm dengan berat 30
gram. Menurut Tarigan et. al., (2013), persentase berat hati normal ayam adalah
1,70 sampai 2,80 % dari berat ayam. Berat
ayam A dan ayam B berada diatas kisaran normal. Faktor
yang mempengaruhi berat hati adalah jenis hewan, besar tubuh, genetic serta
pakan yang diberikan (Whittow, 2002).
Hati
dalam proses pencernaan berfungsi untuk mensekresikan getah empedu yang dibawa
ke dalam duodenum. Fungsi dari getah empedu ini untuk menetralkan asam lambung
(HCl) dan membentuk sabun terlarut dengan lemak bebas. Kedua fungsi tersebut
memebantu dalam absorbsi dan translokasi asam lemak (Yuwanta, 2004). Fungsi utama hati dalam
pencernaan dan absorpsi adalah produksi empedu. Empedu penting dalam proses
penyerapan lemak pakan dan ekskresi limbah produk, seperti kolesterol dan hasil
sampingan degradasi hemoglobin. Warna
kehijauan empedu disebabkan karena produk akhir destruksi sel darah merah, yaitu
biliverdin dan bilirubin. Volume
empedu tergantung pada aliran darah, status nutrien unggas, tipe pakan yang dikonsumsi, dan
sirkulasi empedu enterohepatic (Suprijatna et al., 2005).

Gambar 13. Hati
Pankreas. Pankreas merupakan organ
tambahan pada unggas yang berfungsi untuk mensekresikan getah pankreas. Hasil pengukuran panjang dan
berat pankreas pada ayam A adalah 12
cm dengan berat 3
gram, dan pada ayam B adalah 9
cm dengan berat 5
gram. Berat normal pankreas berkisar antara 2,5 sampai 4 gram (Sturkie, 2002).
Berdasarkan hasil praktikum, berat pankreas ayam A berada dalam kisaran normal
sedangkan berat pankreas ayam B berada diatas
kisaran normal. Menurut
Yuwanta (2004) bahwa perbedaan ukuran tersebut mungkin disebabkan perbedaan
dalam pemberian pakan, penyakit, umur dan jenis unggas.
Pankreas mensekresikan getah pankreas (pancreatic juices) yang berfungsi dalam pencernaan pati, lemak,
dan protein. Disamping menyekresikan
getah pankreas juga menyekresikan
insulin. Pankreas mempunyai dua fungsi yang semuanya berhubungan dengan
penggunaan energi ransum yaitu eksokrin (berfungsi mensuplai enzim yang
mencerna karbohidrat, protein, dan lemak ke dalam lumen usus halus) dan
endokrin (berfungsi menggunakan dan mengatur nutrien berupa energi untuk
diserap dalam tubuh dalam proses dasar pencernaan) (Yuwanta, 2004).

Gambar
14. Pankreas
Limfa. Limfa merupakan organ
tambahan yang fungsinya belum jelas, namun diduga membantu koordinasi
pembentukan sel darah merah dan sel darah putih. Hasil dari pengukuran panjang
dan berat limfa ayam A adalah 1,24
cm dengan berat 2 gram dan ayam B adalah 2cm
dengan berat 1 gram.
Limfa (spleen) berfungsi memecah sel
darah merah dan sel darah putih (Yuwanta, 2004).

Gambar 15. Limfa
Sistem
Reproduksi Betina
Sistem
reproduksi pada unggas terutama pada ayam berbeda dengan hewan lain. Sistem
reproduksi pada unggas oviduk terbagi menjadi infundibulum, magnum, dan
isthmus. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan, didapatkan data hasil pengamatan sistem reproduksi
ayam betina sebagai berikut[a5]
:
Tabel 3. Organ Reproduksi Ayam Betina
Parameter
|
Ayam A
|
Ayam B
|
||
Panjang
(cm)
|
Berat
(gram)
|
Panjang
(cm)
|
Berat
(gram)
|
|
Ovarium
|
8
|
34
|
9,5
|
20
|
Infundibulum
|
11
|
1
|
13
|
2
|
Magnum
|
35
|
40
|
40
|
38
|
Isthmus
|
18
|
16
|
14
|
7
|
Uterus
|
7,5
|
22
|
6
|
19
|
Vagina
|
3
|
12
|
3
|
5
|
Anatomi
alat reproduksi ayam betina terdiri dari dua bagian utama yaitu ovarium yang merupakan tempat sintesis hormone steroid sexual, gametogenesis
dan perkembangan serta pemasakan kuning telur (ovum). Bagian kedua adalah oviduk yaitu tempat menerima kuning
telur masak, sekresi putih telur, dan pembentukan kerabang telur. Unggas pada
umumnya dan ayam pada khususnya hanya ovarium kiri yang berkembang dan
berfungsi, sedangkan pada bagian kanan mengalami rudimenter (Yuwanta, 2004)
.

Gambar 17. Saluran Reproduksi Ayam Betina
Ovarium. Ovarium
adalah tempat sintetis hormone steroid seksual, gametogenesis dan
pemasakan telur atau folikel. Ovarium
pada unggas disebut juga dengan folikel. Bentuk
ovarium seperti buah anggur dan
terletak pada rongga perut yang berdekatan dengan ginjal kiri dan bergantung
pada ligamentum meso-ovarium (Yuwanta,
2004). Ovarium
merupakan organ reproduksi betina yang berfungsi sebagai penghasil ovum. Ovarium
adalah organ primer (atau esensial) reproduksi pada betina, seperti halnya
testes pada hewan. Ovum
berkembang dengan melewati tahap-tahap tertentu yaitu folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier, dan folikel de Graaf.
Ovum yang sudah masak, pada bagian stigma
akan robek sehingga terjadi ovulasi. Sobeknya
stigma dipengaruhi oleh hormon LH. LH (Luteinizing Hormone) yang
pada hewan jantan disebut ICSH (Intertitial
Cell Stimulating Hormone) berfungsi untuk mendorong produksi dan sekresi
hormone testosteron yang berperan untuk menimbulkan sifat kelamin sekunder dan
pendewasaan sel spermatozoa (Piraksa
& Bebas, 2009). Ovarium dibungkus
oleh membran yang disebut membran vitelina.
Hormone LH dihasilkan oleh kelenjar
basophile. Basophile
disamping menghasilkan hormone LH
juga menghasilkan hormone FSH. (Follicle
Stimulating Hormone) berfungsi untuk pertumbuhan
dan pematangan folikel (folikulogenesis),
folikel yang tumbuh menghasilkan hormone
estrogen, sehingga menyebabkan munculnya keinginan dan tingkah laku birahi
(Satiti et al., 2014). Ovarium
dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian korteks
dan medula. Hasil pengukuran panjang ovarium
pada ayam A adalah 8 cm dengan berat 34
gram, dan pada ayam B adalah 9,5
cm dengan berat 20
gram. Berat ovarium
menurut Yuwanta (2004) adalah 60 gram untuk
unggas dewasa, sedangkan pada hasil pengamatan didapat berat ovarium ayam
A adalah 34
gram dan ayam B 20
gram. Ayam A dan B ovariumnya lebih
ringan, ini dimungkinkan karena ayam yang digunakan dalam praktikum merupakan
ayam afkir sehingga ovarium
ayam tersebut sudah tidak dapat berkembang. Faktor
yang mempengaruhi adalah semakin tua umur ternak tersebut, maka ukuran
ovariumnya semakin besar. Ovarium
dalam unggas dinamakan juga folikel. Bentuk
ovarium seperti buah anggur dan
terletak pada rongga perut berdekatan dengan ginjal kiri dan bergantung pada ligamentum mesovarium. Besar ovarium pada saat ayam menetas 0,3 gram
kemudian mencapai panjang 1,5 cm pada ayam betina umur 12 minggu dan mempunyai
berat 60 gram pada tiga minggu sebelum dewasa kelamin (Yuwanta, 2004).

Gambar 18. Ovarium
Infundibulum.
Infundibulum atau papilon merupakan bagian yang panjangnya
9 cm dan fungsi utamanya adalah hanya menangkap ovum yang masak. Bagian ini sangat tipis dan
mensekresikan sumber protein yang mengelilingi membran vitelina. Perbatasan antara
infundibulum dan magnum dinamakan sarang spermatozoa yang merupakan terminal
akhir dari lalu lintas spermatozoa sebelum terjadi pembuahan (Yuwanta, 2004).
Fungsi
infundibulum adalah tempat terjadinya
fertilisasi.
Bagian atas infundibulum terdapat selaput tipis disebut fimbria yang
berfungsi untuk menangkap ovum yang telah masak dan kemudian masuk kedalam lubang
ostium abdominal. Menurut Sidadolog (2001), Infundibulum atau funnel atau
trichter memiliki ukuran 6 sampai 10
cm, pada hasil pengamatan didapat panjang infundibulum
untuk ayam A adalah 11
cm dengan berat 1
gram dan ayam B adalah 13
cm dengan berat 2 gram. Hal
ini menunjukan bahwa infundibulum
ayam berada diatas
kisaran normal. Faktor yang mempengaruhi panjang
infundibulum adalah dipengaruhi oleh umur dan kondisi fisiologis ayam.
Infundibulum
harus mengambil semua yolk
yang jatuh ke dalam rongga tubuh. Kadang-kadang
kemampuan infundibulum untuk
menangkap sebagian besar yolk
hilang dan menimbunnya dalam rongga tubuh lebih cepat daripada kemampuannya
menyerap. Setelah ovulasi, yolk jatuh kedalam kantong ovarium atau ronnga
tubuh, yang kemudian akan diambil oleh infundibulum. Yolk berada pada infundibulum
hanya pada waktu yang singkat yaitu sekitar 15 menit saja, kemudian didorong
melalui oviduk oleh kontraksi oviduk (Suprijatna et al., 2005). Sperma pada ayam dapat
bertahan hingga 2 sampai 3 minggu dalam infundibulum (Gofur and Haikal, 2008).

Gambar 19. Infundibulum
Magnum. Magnum tersusun dari glandula tubuler yang sangat sensibel. Mukosa dari magnum tesusun dari
sel gobelet yang
berfungsi dalam mensekresikan putih telur kental dan cair. Panjang magnum
menurut Yuwanta (2004), adalah 33 cm, sedangkan pada hasil
praktikum didapat panjang atau ukuran magnum
ayam A adalah 35
cm dan pada ayam B adalah 40
cm.
berat ayam A dan ayam B masing-masing 40 gram dan 38 gram. Magnum merupakan bagian terpanjang dari oviduct. Terdapat
perbedaan antara keadaan
normal dengan data hasil praktikum yang disebabkan aleh perbedaan umur, faktor
genetik, produksi telur yang telah dihasilkan, jadi dimungkinkan bahwa ayam A
yang memiliki panjang magnum yang relatif panjang sehingga produksi telurnya
tinggi.
Magnum adalah bagian oviduk yang
mensekresikan albumin yang panjangnya sekitar 13 inchi (33 cm). Diperlukan waktu
sekitar 3 jam bagi telur yang sedang berkembang untuk melalui magnum. Albumin pada sebutir telur
terdiri dari 4 lapisan. Masing-masing
adalah chalazae (27.0 %), putih
kental (57.0 %), putih telur encer (17.3%) dan putih telur encer bagian luar
23.0%). Keempat
lapisan tersebut diproduksi pada magnum,
tetapi putih telur encer luar (outer thin white) tidak lengkap sampai air
ditambahkan di uterus (Suprijatna, 2005).

Gambar 20. Magnum
Isthmus.
Isthmus
merupakan tempat pembentukan kerabang tipis. Kandungan pada masa
pembentukan kerabang tipis tidak secara lengkap mengisi membran kerabang dan
telur menyerupai sebuah kantung hanya sebagian yang terisi air. Telur berada di isthmus
sekitar 75 sampai 90 menit. Menurut
kisaran normal panjang ishtmus
adalah 10 cm, (Suprijatna, 2005). Berdasarkan
hasil pengamatan pada praktikum didapat hasil untuk ayam A adalah 18 cm dan ayam B adalah 14 cm. Hal ini menunjukkan
bahwa isthmus pada ayam A dan ayam B berada
pada kisaran diatas normal. Faktor
yang mempengaruhi panjang isthmus adalah umur dan kondisi fisiologis.

Gambar 21. Isthmus
Uterus. Uterus disebut juga glandula
kerabang telur, panjangnya 10 cm. Pada bagian ini ada dua fenomena yaitu
hidratasi putih telur atau plumping, kemudian terbentuk kerabang telur. Warna
kerabang telur yang terdiri atas sel phorphirin akan terbentuk di bagian ini
pada akhir mineralisasi kerabang telur (Yuwanta, 2004). Pewarnaan telur ditentukan
oleh pigmen melamin (putih), karotenoid (kuning) dan phorpirin (coklat). Uterus berperan
dalam proses pengerasan kerabang telur oleh kalsium (Fadilah, 2004). Warna telur bebek dipengaruhi oleh pigmen oocean (hijau kebiruan).
Ayam
yang berproduksi panjangnya 4,0 sampai 4,7 inchi (10-12 cm). Telur yang
berkembang tinggal di uterus sekitar 18
sampai 20 jam, lebih lama daripada dibagian lain dari oviduk (Suprijatna,
2005). Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum didapat hasil pada ayam A
yaitu 7,5 cm dan
pada ayam B yaitu 6
cm. Perbedaan ukuran uterus pada ayam B dengan disebabkan faktor umur, faktor genetic dan tingkat
produksi telur. Putih telur encer bagian
luar (outer thin white) ditimbun setelah membran kerabang. Telur pertama
apabila masuk ke uterus, air dan garam-garam ditambahkan melalui membran
kerbang dengan proses osmosis sehingga menebalkan dan menempel pada membran
kerabang.

Vagina.
Skema produksi telur pada ayam dengan panjang vagina sekitar 4,7 inchi (12cm). Kutikula ditimbun pada
kerabang untuk mengisi sebagian pori-pori kerabang. Secara normal, telur
tinggal dalam vagina selama beberapa menit, tetapi dalam keadaan tertentu dapat
tinggal beberapa jam (Suprijatna, 2005). Kutikula
melapisi permukaan kulit telur sehingga tidak ada pori-pori yang terbuka
(Fadilah, 2004). Telur
berada di vagina hanya dalam waktu 3 menit kemudian keluar (ovoposisi). Berdasarkan hasil pengamatan
pada praktikum didapat hasil pada ayam A yaitu 6 cm dengan berat 6 gram dan
pada ayam B yaitu 1 cm dengan berat 6 gram. Terjadi
perbedaan yang sangat signifikan antara hasil pengamatan dengan kisaran normal
karena faktor genetik,
umur dan bisa dimungkinkan ketidaktepatan pada bagian vagina yang
diukur.

Gambar 23. Vagina
Kloaka.
Kloaka merupakan tempat
sisa-sisa metabolisme dikeluarkan dalam bentuk eksreta. Eksreta merupakan campuran
antara urin dan feses yang keluar secara bersama-sama. Kloaka merupakan tempat sisa-sisa metabolism dikeluarkan
dalam bentuk eksreta. Eksreta merupakan campuran antara urin dan feses yang
keluar secara bersama-sama. Kloaka terdiri dari 3 bagian, yaitu kuprodeum
atau saluran keluarnya feses, urodeum atau saluran keluarnya urin dan protodeum
atau saluran keluarnya sperma atau sel telur (Yuwanta, 2004).

Gambar 24. Kloaka
Sistem Reproduksi
Ayam Jantan
Organ reproduksi ayam jantan
terdiri dari testes, ductus deferens, dan organ kopulasi
yang terdapat dalam kloaka yaitu papilla penis. Unggas jantan berbeda
dari ternak piaraan lainnya karena testes
tidak terdapat dalam skrotum tetapi
tetap berada dalam rongga badan dan terletak didekat tulang belakang dekat
bagian anterior (Scanes et,all, 2004).
Testis. Testis
merupakan bagian dari sistem reproduksi jantan yang didalamnya terdapat proses spermatogenesis. Spermatogenesis
merupakan proses untuk menghasilkan sel sperma. Sel sperma terbentuk melalui
beberapa tahap yaitu spermatogonium tipe A,
spermatogonium tipe 1 N,
spermatogonium tipe B, spermatosit
primer, spermatosit sekunder, spermatid, dan spermatozoa. Testis ayam
jantak terletak di rongga badan dekat tulang belakang, melekat pada bagian
dorsal dari rongga abdomen dan dibatasi oleh ligamentum mesorchium, berdekatan dengan aorta dan vena cava, atau
dibelakang paru-paru bagian depan dari ginjal. Temperatur testis selalu 41’C sampai 43’C karena spermatogenesis (pembuatan sperma) akan terjadi pada temperatur
tersebut (Yuwanta, 2004). Testis
berjumlah sepasang terletak pada bagian atas di abdominal kearah punggung pada
bagian anterior akhir dari ginjal dan berwarna kuning terang. Testis unggas tidak seperti
hewan lainnya yang terletak di dalam skrotum (Amrullah, 2004). Testis ayam berbentuk biji buah buncis dengan warna putih
krem. Testis terbungkus oleh dua lapisan tipis transparan, lapisan albugin
yang lunak. Bagian dalam dari testis terdiri atas tubuli seminiferi (85%
sampai 95% dari volume testis), yang merupakan tempat terjadinya
spermatogenesis, dan jaringan intertitial
yang terdiri atas sel glanduler (sel Leydig) tempat disekresikannya hormon steroid, androgen, dan testosteron.
Saluran Deferens.
Saluran deferens adalah suatu pembuluh yang merupakan kelanjutan dari tubulus seminiferus. Setiap
saluran deferens membuka ke jonjot
usus kecil yang secara bersamaan berfungsi sebagai alat penggerak. Vas deferens merupakan bagian
reproduksi ayam jantan yang berfungsi untuk tempat penyimpanan sperma. Saluran deferens dibagi
menjadi dua bagian, yaitu bagian atas yang merupakan muara sperma dari testis,
serta bagian bawah yang merupakan perpanjangan dari saluran epididimis dan
dinamakan saluran deferens. Di
dalam saluran deferens sperma mengalami pemasakan dan penyimpanan sebelum
diejakulasikan. Pemasakan dan penyimpanan sperma terjadi pada 65% bagian distal
saluran deferens (Yuwanta,2004). Saluran deferens jumlahnya sepasang, pada ayam jantan muda kelihatan lurus
dan pada ayam jantan tua tampak berkelok kelok. Letak kearah caudal, menyilang ureter
dan bermuara pada kloaka sebelah
lateral urodeum (Amrullah, 2004).
Alat
kopulasi.
Alat kopulasi pada ayam berupa papila
(penis) yang mengalami rudimenter, kecuali pada itik berbentuk spiral yang
panjangnya 12 sampai 18 cm. Papila
penis merupakan organ reproduksi jantan yang
mengalami rudimeter. Papila
memproduksi cairan transparan yang bercampur dengan sperma saat terjadinya
kopulasi (Yuwanta,2004).
Penis
pada ayam tidak berkembang seperti halnya pada ternak lainnya, bentuknya hanya
sebagai papila atau pallus dan rudimeter seperti putting susu dan agak
berkembang pada saat kopulasi atau terangsang libidonya, berfungsi sebagai alat
kopulasi/ menyemprotkan sperma ke dalam alat reproduksi betina saat terjadi
perkawinan (Sutiyono, 2001).

Gambar 16. Saluran reproduksi ayam
jantan
KESIMPULAN
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sistem digesti unggas
dibagi menjadi mulut, oeshopagus, crop, proventriculus, ventriculus,
usus besar (intestinum tenue), coecum, usus besar (intestinum crassum), dan
kloaka. Usus
halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum, sedangkan pada kloaka juga terbagi menjadi 3 bagian
saluran pembuangan yaitu cuprodeum,
protodeum, urodeum. Organ tambahan yang terdapat pada sistem digesti ayam
ada 3 yaitu hati, pankreas, dan limfa. Sistem reproduksi pada ayam jantan dan
ayam betina berbeda. Ayam jantan sistem reproduksinya dibagi menjadi tiga
bagian yaitu testis, vas deferens,
dan papila penis. Ayam betina sistem reproduksinya dibagi menjadi dua yaitu ovarium dan oviduct. Oviduct dibagi menjadi beberapa bagian yaitu infundibulum, magnum, isthmus, uterus, dan vagina.
Adanya perbedaan hasil dengan literatur dapat disebabkan karena ayam yang
digunakan belum mengalami pertumbuhan secara maksimum sehingga terjadi
perbedaan hasil. Organ
digesti yang tidak berada pada kisaran normal dipengaruhi oleh jenis dan bangsa
ayam, umur, jenis kelamin, jenis pakan yang biasa dikonsumsi.
Daftar
Pustaka
Amrullah,
I. K. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Lembaga Satu Gunungbudi IPB. Bogor.
Amrullah,
I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi IPB. Bogor.
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Salemba Medika. Jakarta.
Balqis, Ummu, Risa Tiuria, Bambang Pontjo Priosoeryanto, dan Darmawi. 2007.
Proliferasi sel goblet duodenum, jejunum, dan ileum ayam petelur yang diimunisasi dengan protein
ekskretori/sekretori Ascaridia galli.
Fadilah,
R. dan A. Polana. 2004. Aneka Penyakit pada Ayam dan Cara mengatasinya.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Fadilah, Roni. 2005. Panduan Mengelola
Peternakan Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka. Tangerang.
Fadilah, Roni dan
Agustin Polana. 2011. Mengatasi 71 Penyakit pada Ayam. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Gofur,
Abdul and Moch Haikal. 2008. Fertilisasi: awal pembentukan organisme baru.
Universitas Negeri Malang. Malang.
Kartadisastra. 2008. Pengelolaan Pakan Ayam. Kanisius. Yogyakarta.
Nataamijaya,
A. G. 2008. Karakteristik dan produktivitas ayam
kedu hitam.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Buletin Plasma
Nutfah Vol 14 No 2. Bogor
Piraksa, I.W., Bebas W. 2009. Pengaruh penyuntikan ekstrak hipofisis terhadap berat testes, gambaran mkroskopis testes, dan kualitas semen ayam hutan merah (Gallus gallus). Buletin Veteriner Udayana. Vol 1, No. 1
Prawitasari, R. H., V. D. Y. B. Ismadi, dan I. Estiningdriati. 2012. Kecernaan
protein kasar dan serat kasar serta laju digesta pada ayam arab yang diberi
ransum dengan berbagai level Azolla microphylla. Animal Agriculture Journal
Vol. 1 No. 1 p 471-483.
Rasyaf, Muhammad. 2008. Panduan
Berternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Depok.
Satiti, D., Indah N.T., Adi P.R. 2014.
Pengaruh penggunaan kombinasi progesteron
(Medroxy progesterone acetate) dan prostaglandin (PGF2α) injeksi terhadap persentase birahi dan kebuntingan pada
domba ekor gemuk. Veterina Medika. Vol 7, No. 2.
Scanes C.G.,
George B, Ensminger M. 2004. Poultry Science. Edisi ke-4. Illinois Interstate
Publisher.
Sidadolog, Jafendi. 2001. Manajemen
Ternak Unggas. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Sturkie,
P. D. 2002. Avian Physiology 3rd Edition. Springer-Verlag. New York.
Sukaryana, Y., U. Atmomarsono., V.D. Yunianto., dan E. Supriyatna. 2011.
Peningkatan nilai kecernaan protein kasar dan lemak kasar produk fermentasi
campuran bungkil inti sawit dan dedak padi pada broiler.
Suprijatna,
E., U. Atmomarsono, R. Kartasudjana. 2005. Ilmu
Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sutiyono. 2001. Pengenalan Organ Reproduksi Ayam. Universitas Diponegoro.
Tarigan,
Ronstarci., O. Sjofjian., and I. H. Djunaidi. 2013. Pengaruh penambahan
probiotik selulolitik dalam pakan terhadap kualitas karkas, lemak abdominal dan
berat organ dalam ayam pedaging. Universitas Brawijaya. Malang
Whittow,
G. 2002. Strukies Avian Phsycology 5th. Academic Press. USA.
Widianingsih, Mia Nur. 2008. Persentase Organ Dalam
Broiler yang Diberi Ransum Crumble Berperekat Onggok, Bentonit dan Tapioka.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Widodo, Wahyu. 2008. Nutrisi dan Pakan Unggas
Kontekstual. Universitas Muhammadiyah Malang Press. Malang.
Yoder,
C. A., J. K. Graham, and L. A. Miller. 2009. Molecular Effect of Nicarbazin on
Avian Reproduction. National Wildlife Research. Colorado State University.
Yuwanta, T. 2004. Dasar
Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta
Zuprizal dan Kamal. M. 2006. Nutrisi Pakan Unggas. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment