Wednesday, April 1, 2015

LAPORAN PRAKTIKUM INDUSTRI TERNAK POTONG ACARA 1

LAPORAN PRAKTIKUM
INDUSTRI TERNAK POTONG
ACARA SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK POTONG

Description: Description: http://luk.staff.ugm.ac.id/logo/UGM/Resmi/HitamPutih.jpg













Disusun oleh:
Ridwan Yuniawan
13/349162/PT/06545
KelompoK VI

Asisten Pendamping: Alek Ibrahim





LABORATORIUM TERNAK POTONG, KERJA, DAN KESAYANGAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015


PENDAHULUAN
Latar Belakang

Sistem pemeliharaan
Ternak potong merupakan suatu komoditi ternak yang diarahkan untuk tujuan produksi. Pengembangan terhadap ternak potong harus memperhatikan karakteristik setiap individu atau komoditi ternak, sehingga input teknologi yang diimplementasikan dalam setiap usaha ternak potong perlu disesuaikan dengan sifat reproduksi, pertumbuhan dan kemampuan adaptasi dari ternaknya. Pengenalan terhadap sifat karakteristik bangsa penting untuk dapat mengetahui ternak tersebut secara genetik masih murni ataukah sudah merupakan hasil persilangan. Kemurnian ternak terkait dengan potensi genetik. Produksi ternak potong pada perlakuan budidaya yang sama akan menampilkan kinerja yang berbeda pula apabila indikator bangsa dan kemurniannya berbeda.
Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Selain produk dagingnya, ternak sapi juga menghasilkan energi biologis, yang implikasinya dapat menghasilkan energi mekanis berupa gerakan kontraksi dan relaksasi musculus (otot). Gerakan tersebut dimanfaatkan untuk aktifitas kerja misalnya mengolah lahan pertanian  atau sebagai alat transportasi. Produk lain dari ternak sapi yang dinilai termasuk produk sampingan seperti kulit, feses, dan gas biorganik, sering memiliki nilai strategis, sehingga perlu diperhatikan pemanfaatannya.

Tujuan Praktikum
Praktikum Sistem Pemeliaraan Ternak Potong bertujuan agar praktikan mampu mengetahui cara pemeliharaan ternak potong khususnya komoditas sapi meliputi manajemen sanitasi, manajemen pakan, manajemen perawatan, manajemen perkandangan serta manajemen pembuangan limbah peternakan.

Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum pemeliharaan ternak sapi adalah praktikan dapat mengetahui sistem pemeliharaan ternak potong khususnya komoditas sapi. Setelah mengetahui sistem pemeliharaan ternak potong, praktikan mampu menguasai hal-hal yang berkaitan dengan sistem pemeliharaan ternak potong saat memasuki dunia kerja.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemilihan Ternak
Pemilihan ternak
Pemilihan bibit perlu dilakukan untuk memperoleh tujuan dari pemeliharaan ternak. Kriteria pemilihan bibit yang digunakan untuk pembesaran yaitu mempunyai moncong yang besar, sehingga diharapkan dengan moncong yang besar maka semakin banyak pula pakan yang bisa dimakan oleh ternak tersebut, harus dalam keadaan sudah lepas sapih, ternak yang belum lepas sapih masih belum bisa diberi pakan hijauan, berat sapih juga harus di perhatikan, semakin besar bobot sapih maka di harapkan pertumbuhan ternak juga akan besar. Pemilihan  bibit untuk pembesaran juga harus memperhatikan tujuan pembesaran sehingga dapat diketahui bangsa mana yang cocok sesuai dengan tujuan pembesaran.
Kriteria dasar pemilihan bibit sapi meliputi bangsa, sifat genetis, bentuk luar, serta kesehatan. Pemilihan bangsa sapi yang paling disukai dan disesuakan dengan tujuan pemeliharaan. Sifat genetis meliputi pertumbuhan daging dan kemampuan adaptasi baik dengan lingkungan maupun pakan. Bentuk luar ukuran badan panjang dan dalam, rusuk tumbuh panjang sehingga mampu menamping jumlah pakan yang banyak, dada lebar, kaki besar, pendek, dan kokoh. Kesehatan berarti sapi harus dalam keadaan sehat seperti kulit lemas dan mudah dilipat yang apabila dilepas lipatannya cepat merata kembali, bulunya licin dan mengkilat, selaput lendir mulut dan gusi berwarna merah muda, ujung hidung bersih, basah dan dingin. Hidung sapi yang kering menunjukkan bahwa sapi itu menderita panas tubuh akibat suatu infeksi. Suhu untuk anak sapi yang normal 39,50C sampai dengan 400C. Kriteria kesehatan yang lain adalah sapi terlihat tegap, peka terhadap lingkungan, pernapasan tenang dan teratur, melakukan ruminasi, nafsu makan baik, dan pandangan mata cerah dan tajam (Sudarmono dan Sugeng, 2008). Berdasaran literatur hasil yang didapat belum mencakup semua kriteria pemilihan yang baik. Pemilihan bibit ternak yang baik bertujuan untuk menghindari adanya kerugian dalam suatu pemeliharaan. Kerugian tersebut bisa di akibatkan karena ternak tidak tumbuh dan berkembang sesuai keinginan pemeliharaan dan saat mengalami kematian karena sakit.
Kriteria pemilihan calon induk yaitu organ reproduksi normal, puting simetris, ambing besar, siklus estrus teratur, kaki harus kuat, di ambing tidak terjadi infeksi dan pembengkakan. Santoso (2001) menyatakan bahwa kriteria bibit yang baik yaitu harus sehat, tampak bersemangat, aktif bergerak, kepala selalu tegak, mata bercahaya, rambut dan bulu-bulunya mengkilat, bentuk badan normal, badan besar (sedang), kaki lurus, jarak antar kaki lebar, tulang rusuk berkembang, khusus untuk betina bentuk ambing besar, rasanya lembut kalau dipegang dan juga mudah dilipat-lipat, puting susu bergantung pada ambing, bentuk ambing besar dan simetris, dan memiliki sifat keibuan.
Kriteria calon pejantan berdasarkan hasil diskusi adalah rabut halus, nafsu makan baik, mata tidak sayu, menandakan bahwa ternak dalam kondisi sehat. Testis simetris atau tidak cacat, testis yang simetris berhubungan dengan pembentukan hormon testosteron sebagai hormon jantan. Umur siap kawin, calon pejantan berarti harus sudah siap kawin, ditandai dengan adanya spermatozoa didalam semen dan sudah dewasa kelamin. Tidak terlalu gemuk, calon pejantan yang terlalu gemuk apabila dikawinkan secara konvensional indukan tidak akan kuat menahan bobot pejantan saat kawin.  Bereaksi dangan hormon feromon betina, hormon feromon betina keluar saat indukan mengalami estrus sehingga pejantan tau saat indukan dalam masa estrus
Kriteria bakalan untuk penggemukan berdasarkan hasil diskusi adalah Average Daily Gain (ADG) bagus, ADG yang bagus sangat diperlukan bagi bakalan untuk penggemukan karena untuk mencapai bobot ternak tinggi dalam waktu singkat. Bentuk badan persegi panjang, karena pertambahan daging akan merata pada ternak. Ukuran badan sedang, tidak terlalu kurus dan juga tidak terlalu gemuk dan juga berjenis kelamin jantan, karena pertumbuhan ternak jauh lebih besar dibandingkan dengan sapi betina, selain itu juga pemotongan sapi betina yang masih produktif dilarang di Indonesia.
Metode Seleksi ternak berdasarkan diskusi yang sudah dilakukan antara lain recording, silsilah, dan secara visual bagus. Menurut Murtidjo (2008), pada umumnya syarat yang paling penting unuk seleksi sapi potong, adalah bahwa sapi harus sehat, usia masih muda, dan tidak memiliki sejarah terserang penyakit yang membahayakan. Namun untuk sapi yang akan dipergunakan sebagai bibit pengembangbiakkan, perlu ditambahkan persyaratan mengenai bagian-bagian tubuh, pertumbuhan kelamin normal, dan tidak mandul.
Penilaian Ternak
Metode yang digunakan pada praktikum pemeliharaan ternak sapi adalah menggunakan metode BCS (Body Condition Score) dengan skala 1 sampai dengan 9. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan sapi Jawa dengan nomer identitas 1 mempunyai nilai BCS 7, dengan ciri-ciri yang terlihat yaitu kerangka tidak terlalu terlihat, nelva jelas, terdapat perlemakan dibawah kulit ketika di cubit. Sapi Peranakan Ongole dengan nomer identitas 2 mempunyai skor BCS 6, ciri-ciri yang terlihat yaitu kerangka terlihat dan pangal ekornya terlihat. Sapi Jawa dengan nomer identitas 3 memunyai nilai BCS 5, dengan ciri-ciri kerangka terlihat, tulang pinggul terlihat, dan pangkal ekor terlihat.
Salah satu cara untuk melakukan penilaian terhadap ukuran tubuh ternak adalah dengan Body Condition Score (BCS). Skor kondisi dimaksudkan untuk memberikan kriteria pada seekor ternak sapi yang dinilai secara kualitatif. Standar penilaian ini penting terkait dengan kondisi tubuh ternak yang dapat menjadi indikator terhadap pertumbuhan ternak dan potensi reproduksi yang dimiliki oleh seekor ternak (Awaluddin dan Panjaitan, 2010).
Penanganan Ternak sebelum Program Pemeliharaan
Penanganan ternak sebelum proses pemeliharaan pada komoditas sapi yaitu ternak ditampung terlebih dahulu, kemudian ternak dikelompokkan dan dipilih berdasarkan kriteria yang diinginkan. Pengelompokkan dapat dilakukan dengan proses seleksi maupun culling. Penanganan ternak pada feedloot besar ternak dikarantina di pelabuhan.
Sebelum program pembibitan perlu dilakukan identifikasi ternak dan recording ternak. Hal itu dilakukan agar ternak tersebut terdata dengan baik sehingga dapat diketahui dengan jelas produktivitas ternak tersebut. Penanganan induk dan pejantan juga dilakukan sebelum dilakukannya program pembibitan seperti cek kesehatan ternak, perawatan secara intensif dan sanitasi kandang yang baik. Pemilihan pejantan atau straw yang akan digunakan untuk perkawinan juga dilakukan agar tidak terjadi inbreeding, kemudian dilakukan manajemen pakan yang baik agar ternak tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk. Jika terlalu kurus akan kesulitan beranak dan jika terlalu gemuk akan sulit untuk dilakukan inseminasi buatan. Menurut Sudono (2003), sapi betina yang terlalu kurus umumnya akan menghasilkan anak yang kondisinya lemah karena kekurangan nutrisi, sementara induk yang terlalu gemuk akan mengalami kesulitan ketika melahirkan di samping itu pemberian vitamin dan pengadaptasian ternak juga faktor penting untuk penanganan ternak sebelum program pembibitan dilaksanakan.

Pendataan (Recording)
Tahapan recording
Berdasarkan diskusi yang telah dilakukan tahapan recording adalah ternak dikarantina terlebih dahulu, kemudian ternak dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, status fisiologis, berat badan serta bangsa ternak. Ternak di beri nomer identitas untuk kemudian dilakukan pencatatan pendataan. Recording perlu dilakukan untuk mengetahui riwayat seta asal-usul ternak yag kita pelihara.
Macam recording
Macam recording berdasarkan diskusi yang telah dilakukan yaitu:
Tabel 1. Macam Recording
      Jenis recording                                                                Data yang Diambil
       Kelahiran                                              Berat badan anak, jenis kelamin, bangsa,                        
                                                                     bobot sapih, bobot induk, BCS induk,                       
                                                                    tanggal lahir, jam lahir, dan nomer induk.                                                          
Kematian                                               Bangsa, tanggal lahir, jenis kelamin,
                                                              berat badan, diagnosa dan treatmen.
Pakan                                                Kebutuhan nutrient yang dibutuhkan ternak.


Komposisi dan struktur ternak
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil komposisi dan struktur ternak sebagai berikut:
Tabel 2. Data Komposisi dan Struktur Ternak
Bangsa               Anak                           Muda                           Dewasa               Total
                  Jantan      Betina      Jantan       Betina            Jantan     Betina
Jawa           -                4                 -                3                   -               1                   8
PO              -                 -                 -                3                   -               1                   4
Total           -                4                 -                6                    -              2                  12
Berdasarkan tabel diatas, ternak sapi di Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan berjumlah 12 ekor, yang terdiri dari 4 ekor pedhet betina, 6 ekor sapi lepas sapih betina, dan 2 ekor sapi betina dewasa. Ternak sapi tersebut terdiri dari dua bangsa, yaitu Peranakan Ongole (PO) dan Jawa.
Sapi Peranakan Ongole (PO) adalah hasil persilangan antara sapi lokal dengan sapi Ongole dari India. Sapi PO merupakan salah satu sapi potong lokal yang memegang peranan penting dalam penyediaan kebutuhan daging, karena memiliki adaptasi yang tinggi dan masih bisa berproduksi walaupun dalam kondisi pakan yang terbatas. Sapi Jawa adalah sapi lokal yang sudah lama didomestikasi di Pulau Jawa. Pemeliharaan sapi potong selain bertujuan untuk pembibitan juga untuk memasok sapi bakalan untuk usaha penggemukan (Hidajati, 2008).
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama praktikum sapi yang diternakkan di lokasi adalah sapi Jawa dan sapi Peranakan Ongole. Hal tersebut dilakukan karena bangsa sapi tersebut mempunyai daya adaptasi lingkungan yang baik. Sapi yang di kembangkan di kandang Laboratorium Ternaak Potong, Kerja, dan Kesayangan semuanya adalah betina karena tujuan pmeliharaan sapi disini adalah untuk keperluan pembelajaran serta pembibitan.



Perkandangan
Lokasi
Lokasi peternakan pada saat praktikum dilakukan yaitu di kandang laboratorium ilmu dan industri ternak potong fakultas peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Lokasi peternakan beralamat di jalan Fauna no 3, depok, Sleman Yogyakarta. Lokasi kandang berada di pinggir jalan, dekat dengan perumahan warga serta lingkungan kampus. Sumber air dipeternakan ini dicukupi dari air bawah tanah melalui sumur selain itu juga didekatnya terdapat sumber air berupa selokan mataram.
Ada beberapa persyaratan penting dalam pemilihan lokasi peternakan sapi potong, yaitu kesesuaian dengan jenis sapi yang dipelihara, akses jalan yang baik, ketersediaan air bersih, dan sirkulasi udara yang baik. Pemilihan lokasi kandang sapi harus disesuaikan dengan jenis sapi yang dipelihara. Sapi-sapi lokal relatif cepat beradaptasi dan lebih tahan panas dibandingkan dengan sapi impor, sehingga sapi lokal lebih cocok dipelihara pada dataran rendah. Lokasi kandang sebaiknya jauh dari pemukiman penduduk, minimum sekitar 500 meter. Hal ini mutlak dilakukan agar bau dari kandang tidak mengganggu penduduk sekitar.  Lokasi yang dipilih sebagai area peternakan sebaiknya mudah dijangkau oleh kendaraan. Oleh karena itu, akses jalan menuju lokasi kandang harus bagus dan mudah dijangkau kendaraan. Selain itu, lokasi peternakan harus memiliki ketersediaan air bersih yang melimpah dan diusahakan agar berada di daerah pedesaan yang udaranya masih segar (Fikar dan Dadi, 2010).
Berdasarkan pengamatan lokasi saat praktikum, dapat dikatakan bahwa lokasi kandang sapi di Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan kurang memenuhi kurang memenuhi persyaratan karena lokasinya yang berdekatan dengan perumahan serta lingkungan kampus sehingga mengganggu warga sekitar. Meskipun akses jalan dan ketersediaan air bersih baik, namun pembuangan limbah peternakan yang masih dekat dengan letak kandang akan mengganggu sirkulasi udara karena akan banyak di tumbuhi bibit-bibit penyakit yang akan mengaggu kesehatan ternak.



Layout Kandang

16
 

11
 

12
 

10
 

9
 

6
 

2
 

13
14
 




15
 

7
 

3
 

8
 

5
 

4
 

1
 
                                                                          

Keterangan:
1.Kantor
2. Aula
3. Kandang kuda
4. Kandang kuda
5. Kandang kambing
6. Kandang kambing
7. Kandang domba
8.Kandang kambing    umbaran
9. Gudang pakan & parkir kendaraan
10. Kandang beranak sapi
11. Kandang beranak domba
12. Kandang umbaran sapi
13. Gudang pakan
14. Ruang asisten
15. Kandang individu sapi
16. Ladang hijauan
 
 
























Gambar 1. Layout Kandang
Kandang merupakan salah satu aspek yang cukup penting dalam pemeliharaan sapi karena perkandangan merupakan faktor yang cukup menentukan bagi kelancaran usaha ternak tersebut. Menurut Kusmantoro (2008), kandang merupakan tempat untuk ternak melakukan sebagian besar aktivitas hidupnya dan berfungsi untuk melindungi ternak dari hewan pemangsa, mencegah ternak agar tidak merusak tanaman, tempat makan dan minum, tempat kawin dan beranak, tempat tidur dan beristirahat. Ternak banyak menghabiskan waktunya didalam kandang.
Karakteristik kandang
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa karakteristik kandang sebagai berikut:
Tabel 3. Data KarakteristikKandang
  pengamatan                                                       Kandang
                                                  1                             2                               3                        
Jenis Kandang                     Individu                   Umbaran                        Beranak
Atap                                        Monitor                            -                             Monitor
Dinding                             Semi terbuka              Terbuka                Semi terbuka
Alas                                 Lantai semen                 pafling               Lantai semen
Ukuran Lokal                   3,67m x 2,85 m            2,34m x 2,9m         3,57m x 3,53m                    
Kandang   
Isi Ternak                                  -                         7 Ekor                          5 Ekor
Ukuran Bangunan              317,58 m2             149,11 m2                  84,62 m2
Kandang
Ukuran tempat pakan       65 x 85 x 25cm          80 x 20cm                   96 x 60 x 25
Ukuran tempat minum      38 x 65 x 35cm       60 x 60 x 37                96 x 80 x 30
Ukuran Selokan              0,3 x 14,8 m          0,32 x 24,05 m            0,32 x 24,05 m
Kemiringan Kandang           2%                               0%                             4%
Kemiringan Selokan             1%                               1%                            1%
Floor space                        2,8 x 2,94 m           2,34 x 2,9 m                  27 x 2,8
Kandang terdiri dari berbagai macam tipe kandang. Kandang sapi yang diamati pada saat praktikum terdiri dari 3 macam, yaitu kandang beranak dan menyusui, kandang individu dan kandang umbaran/ koloni. Menurut Ngadiyono (2007), tipe kandang individu berdasarkan bentuknya ada 2, yaitu kandang tunggal dan kandang ganda. Kandang tunggal terdiri satu baris kandang yang dilengkapi lorong jalan dan selokan atau parit. Kandang ganda ada 2 macam yaitu sapi saling berhadapan (head to head) dan sapi saling bertolak belakang (tail to tail) yang dilengkapi lorong untuk memudahkan pemberian pakan dan pengontrolan ternak. Berdasarkan pengamatan, maka dapat dikatakan bahwa kandang individu di lokasi praktikum termasuk kandang ganda (head to head).
Kandang individu dapat memacu pertumbuhan sapi lebih pesat. Hal tersebut dapat terjadi karena sapi tidak berkompetisi dalam mendapatkan pakan atau minum. Selain itu, sapi memiliki ruang gerak yang terbatas sehingga energi yang diperoleh dari pakan hanya digunakan untuk kehidupan pokok dan produksi daging tidak hilang akibat banyak bergerak. Kandang koloni sangat memungkinkan sapi dapat ditempatkan dalam satu kandang, tanpa ada sekat atau pembatas sama sekali.  Tempat pakan dan minum pada kandang ini biasanya diletakkan di sudut atau di tengah kandang. Tipe kandang ini memiliki kelemahan di antaranya sering terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan minum. Akibatnya, sapi yang lebih kuat cenderung memiliki pertumbuhan yang lebih cepat karena lebih banyak memperoleh pakan. Namun, tipe kandang ini juga memiliki keunggulan, di antaranya sapi akan lebih sehat dan memiliki kaki yang lebih kuat untuk menopang tubuhnya karena sering bergerak (exercise). Pembuatan kandang koloni lebih murah dan ekonomis dibandingkan dengan kandang individu (Fikar dan Dadi, 2010).

Fasilitas, Perlengkapan, dan Peralatan Kandang
Fasilitas kandang
Berdasarkan hasil praktikum diketahui fasilitas kandang sebagai berikut:
Tabel 4. Fasilitas Kandang
Fasilitas                      Jumlah                                               Fungsi
Toilet                            1                   Untuk tempat buang air dan cuci tangan
Tempat Istirahat           1                      Untuk tempat istirahat anak kandang
Gudang Peralatan        1                     Untuk tempat penyimpanan peralatan kandang
Mobil Pick up               1                       Untuk keperluan pengangkutan pakan
Ruang asisten             1                       Untuk tempat diskusi dan istirahat asisten
Gudang pakan            2                        Untuk tempat penyimpanan bahan pakan
Ruang diskusi             1                       Untuk tempat diskusi
Kantor                         1                         Untuk keperluan administrasi kandang
Berdasarkan pengamatan di lingkungan kandang, fasilitas pendukung kandang antara lain toilet, gudang peralatan, tempat istirahat. Mobil pick up, ruang asisten gudang pakan, ruang diskusi dan kantor. Fasilitas kandang hanya merupakan additional dalam pembangunan suatu kandang, yang berarti bahwa apa bila tidak ada ekosistem kandang masih dapat berjalan meskipun tidak akan berjalan efektif. Menurut Rianto dan Endang (2010), bangunan yang ada di lingkungan kandang antara lain gudang pakan, silo, reservoir air, kamar obat, rumah karyawan, kantor kepala, prasarana transportasi, padang gembala, rumah timbangan ternak, tempat umbaran, kandang air, drainase, tempat pembuangan kotoran. Fasilitas yang ada di lokasi praktikum bila dibandingkan dengan literatur sudah cukup baik.
Perlengkapan kandang
Berdasarkan pengamatan kandang diketahui perlengkapan kandang sebagai berikut:
Tabel 5. Data Perlengkapan Kandang
Perlengkapan                          Jumlah                                            Fungsi
Tempat pakan                           30                           Tempat menaruh pakan sapi
Tempat minum                           19                          Tempat air untuk minum sapi
Termometer                                  1                          Mengukur suhu kandang
Selang air                                                                  Mengalirkan air ke tempat minum
                                                                            dan kran
Penambat tempat minum           19                     Menutup selang ketika air penuh
Lampu                                                                         Menyinari kandang saat gelap
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dilngkungan kandang, dapat diketahui bahwa perlengkapan kandang antara lain tempat pakan, tempat minum, termometer, selang air, penambat tempat minum dan lampu penerangan. Perlengkapan kandang bertujuan untuk memudahkan aktivitas perkandangan agar berjalan efektif.



Peralatan kandang
Berdasarkan Pengamatan yang dilakukan saat praktikum diketahui peralatan kandang yaitu:
Tabel 6. Data Peralatan Kandang
Peralatan                  Jumlah                                    Fungsi
Troli                               3                          Tempat untuk mengankut pakan dan feses
Skop                                3                     Untuk mengankut kotoran sapi ke atas troli
Sabit                                3                      Untuk memotong hijauan
Chopper                          1                      Memotong hijauan menjadi kecil- kecil
Timbangan jepit             1                      Untuk menimbang bobot sapi
Sapu lidi                          3                      Untuk menyapu kandang dan sekitar kandang
Sapu                                2                      Untuk menyapu sekitar kandang
Ember                              5                      Tempat mengangut pakan dan air
Peralatan kandang yang terdapat di kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan kesayangan antara lain troli sebagai tempat untuk menampung dan mengankut pakan serta feses sapi, skop yang befungsi untuk mengangku kotoran sapi keatas troli, sabit untuk memotong rumput atau hijauan, chopper untuk memotong hijauan agar mudah dimakan ternak, timbangan jepit untuk mengetahui bobo ternak, sapu dan sapu lidi untuk membersihkan kandang serta lingkungan sekitar kandang dan ember yang berfungsi untuk menampung pakan serta membawa air.
Suhu dan kelembapan kandang
Pengukuran kondisi lingkungan dilakukan dengan mengukur suhu dan kelembaban relatif kandang. Pengukuran suhu dan kelembaban relatif dilakukan dengan menggunakan termohygrometer yang diletakkan di dalam kandang. Pengukuran suhu dan kelembaban kandang dilakukan pada pukul 06.40 WIB untuk pengukuran pagi hari, pukul 13.20 WIB untuk pengukuran siang hari dan pada pukul 17.55 WIB untuk pengukuran sore hari. Diperoleh hasil pengukuran suhu pagi hari sebesar 24ºC dengan kelembaban sebesar 99%, pengukuran suhu siang hari sebesar 28,8oC dengan kelembapan 67%, dan sore hari sebesar 26,6ºC dengan kelembaban sebesar 65%. Nilai Temperature Humidity Index pada pagi, siang dan sore ber turut-turut adalah 23,95, 26,9, dan 24,76.
Temperatur dan kelembaban keduanya saling mempunyai keterkaitan. Temperatur dan kelembaban lingkungan akan mempengaruhi frekuensi respirasi, frekuensi pulsus dan temperatur rektal. Tinggi tempat mempengaruhi tinggi rendahnya kelembaban udara yang sangat berpengaruh terhadap hilangnya panas dari tubuh hewan sehingga penting untuk mengimbangi rata-rata hilangnya panas dari tubuh (Ngadiyono, 2007). Kondisi suhu dan kelembaban di peternakan masih terlalu tinggi menurut Williamson dan Payne (1993) dalam Safitri (2011), suhu untuk sapi antara 18 sampai 26oC, walaupun banyak daerah yang memiliki iklim yang cocok untuk peternakan, baik untuk bangsa-bangsa sapi lokal (tropis) maupun sapi impor dari luar negeri. Faktor iklim yakni suhu lingkungan yang tinggi dapat menurunkan feed intake dan sebaliknya akan menaikkan konsumsi air minum. Bila hal ini terus terjadi, akan mempengaruhi produktivitas yang diukur dari pertumbuhan dan produksi ususnya serta dapat langsung mempengaruhi reproduksi dari sapi.
Pakan
Bahan pakan
Pakan merupakan salah satu faktor terpenting bagi produktivitas ternak karena biaya yang digunakan dapat mencapai 70 % dari total biaya produksi, sehingga diperlukan manajemen yang tepat dan efisien agar tidak rugi. Pakan dibagi menjadi dua yaitu pakan hijauan dan pakan konsentrat. Bahan pakan yang diberikan pada ternak sapi di kandang ternak potong diantaranya yaitu :
Tabel 7. Data Bahan Pakan
Bahan pakan          BK (%)      PK (%)             Harga / kg (Rp.)                 Asal
Kleci                                                                                   3800                         Bantul
Nutifeed                      86%             12%                       2000                            Klaten
Rumput gajah                                                             200                HMT kebun fapet
Rumput liar                                                                         -              Terdapat dilingkungan
                                                                                                          sekitar kandang         

Bahan pakan konsentrat yang digunakan yaitu dalam bentuk mesh atau butiran kecil/halus, konsentrat yang diberikan merupakan konsentrat yang berasal dari campuran beberapa bahan pakan, kleci dan nutrifid. Hijauan yang diberikan dalam bentuk chopped dari jenis rumput gajah, hal ini dilakukan agar ternak mudah memakan dan mencernanya sehingga kecernaannya menjadi lebih baik. Menurut Utomo et al., (2008), bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya, tanpa mengganggu kesehatan pemakannya. Berdasarkan literatur bahan pakan yang diberikan pada ternak sapi sudah memenuhi yang dimaksud dengan bahan pakan karena dapat dicerna serta tidak menganggu kesehatan ternak tersebut.
Proses penyusunan pakan
Penyusunan ransum pakan di hitung berdasarkan kebutuhan nutrient ternak tersebut. Perhitungan jumlah kebutuhan pakan dilakukan dengan menggunakan sampel satu ekor sapi dengan berat 235 kg. Kebutuhan pakan sapi sebanyak 3% dari berat badan, sehingga diperoleh kebutuhan pakan sapi tersebut sebesar 7,05 kg. Imbangan konsentrat dibagi hijauan yaitu 40% dibanding 60%. Bahan kering konsentrat dalam bentuk as feed yang diberikan kepada sapi tersebut sebesar 3,3 kg. Berat kering hijauan as feed yang diberikan sebesar 19,22 kg.
Metode pemberian pakan
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan metode pemberian pakan adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Metode Pemberian Pakan
Waktu                  Bahan                   Jumlah                Metode              Sisa Pakan
Pemberian           Pakan                Pemberian           Pemberian            Terbuang
07.00               Konsentrat                    5 kg                           Kering                           -
                            +Kleci
14.00                Hijauan Rumput          15 kg                   Cacah                         -
                           Raja
Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yakni pagi dan sore hari. Pemberian pakan pagi dilakukan pada pukul 07.00 WIB dengan jumlah pemberian pakan konsentrat 5 kg/ekor. Pakan konsentrat didapatkan dari pabrik Nutrifeed di daerah Klaten. Pemberian pakan dilakukan dalam bentuk konsentrat yang sudah dicampur dengan kleci pada seluruh ternak. Pemberian pakan sore hari dilakukan pada pukul 14.00 WIB dengan jumlah pemberian pakan hijauan segar 15 kg/ekor. Hijauan segar didapatkan dari kebun HMT di sekitar lingkungan kandang. Pemberian pakan hijauan segar dilakukan dengan mencampur rumput gajah dengan rumput liar yang kemuadian dimasukkan dalam mesin chopper untuk di potong-potong dalam bentuk potongan kecil. Pemberian pakan dilakukan menyeluruh pada semua ternak sapi.
Pakan sapi untuk  pada umumnya berupa hijauan segar dan konsentrat. Tanpa pakan tambahan berupa konsentrat pemberian hijauan segar sebagai pakan sapi sebenarnya tidak efisien. Pakan hijauan terlalu banyak mengandung air sehingga kadar nutrisinya relatif sedikit, walaupun volume pakan hijauan yang diberikan banyak, tetapi jumlah nutrien yang diperoleh tidak mencukupi kebutuhan hidup sapi, akibatnya target pertumbuhan bobot per hari sulit terpenuhi (Sarwono dan Arianto (2003). Berdasarkan hasil praktikum yang didapat dapat dikatakan bahwa pakan yang diberikan sudah memenuhi kebutuhan nutrient karena konsentrat yang di berikan sudah melebihi kebutuhan ternak, akan tetapi sangat tidak efisien karena terlalu berlebihan.
Reproduksi
Deteksi Birahi
Deteksi birahi dilakukan untuk mengetahui kapan saat mengawinkan yang tepat bagi ternak agar persentase keberhasilan atau menjadi bunting tinggi. Ciri-ciri ternak yang birahi yaitu nafsu makan menurun, gelisah, keluar lendir, vulva kemerahan dan berusaha menunggangi temannya tetapi diam jika ditunggangi pejantan. Menurut Ngadiyono (2007), tanda-tanda ternak birahi yaitu sering mengembik-ngembik tanpa sebab, menggosok-gosokkan badan pada dinding atau kayu, gelisah, nafsu makan berkurang, ekor dikibas-kibaskan, sering berkemih, bibir kemaluan agak membengkak, selaput bagian dalam agak kemerah-merahan, dan keluar lendir yang jernih. Masa birahi pada sapi  berlangsung sekitar 16 sampai 20 jam setiap kalinya dan terus berulang setiap 3 minggu (21 hari).
Berdasarkan hasil pengamatan deteksi birahi dengan metode visual meraba tidak terdapat ternak yang sedang dalam masa birahi. Berdasarkan literatur juga tidak terlihat tanda-tanda adanya ternak yang sedang birahi. Menurut Siregar (2008), Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja reproduksi antara lain bangsa, aktivitas, konsumsi pakan, keadaan laktasi, umur, berat badan, dan keadaan lingkungan sekitar.
Perkawinan
Pertama kali ternak dikawinkan adalah ketika sudah mengalami dewasa kelamin dan dewasa tubuh. Dewasa kelamin pada sapi secara anatomis ditandai dengan adanya estrus yaitu dengan metode deteksi 3A (Abang, Aboh, dan Anget). Sedangkan secara histologis ditandai dengan terbentuknya folikel degraaf di dalam ovarium yang kemuadian berovulasi. Perkawinan yang dilakukan di kandang ternak potong yaitu dengan cara Inseminasi Buatan (IB). Inseminasi buatan dilakukan di akhir estrus di awal metestrus. Bila tanda-tanda birahi terjadi di sore hari maka paginya adalah waktu yang tepat untuk dikawinkan. Umur pertama kali yang paling ideal untuk mengawinkan sapi betina yaitu pada umur 18 sampai 24  bulan, karena pada umur tersebut sudah tercapainya dewasa kelamin dan dewasa tubuhnya. Umur ideal untuk mengawinkan sapi jantan yaitu pada umur 1 sampai 2 tahun. Menurut Rianto dan Endang (2010), umur pertama kali kawin pada sapi dara adalah 18 sampai 24 bulan.

Deteksi Kebuntingan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan saat praktikum diketahui bahwa data ternak yang bunting adalah:
Tabel 9. Data Deteksi Kebuntingan
Bangsa   No. ID     Kandang                                            Ciri-ciri
Jawa       Mince      Beranak             Perut bagian kanan besar, lekukan di bawah             
                                                                  pinggul terlihat sangat cekung, dan ternak
                                                                   sedikit agresive
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terdapat sapi yang sedang bunting yaitu sapi dengan nama identitas Mince. Ciri-ciri yang terlihat yaitu perut sebelah kanan membesar, lekukan bawah pinggang cekung, ternak agesive dan tidak estrus. Deteksi kebuntingan yaitu cara untuk mengetahui kebuntingan ternak. Menurut Sudono (2003), tanda-tanda ternak bunting yaitu tidak timbulnya estrus, ternak menjadi lebih tenang, perut membesar, ambing berkembang, berat badan naik, dan jika sudah beberapa bulan bunting terlihat gerakan fetus dari perut pada induk yang kurus.
Berdasarkan literatur tanda-tanda yang didapat saat praktikum menunjukkan bahwa ternak dalam keadaan bunting. Perbedaan keadaan pada literatur adalah ternak sedikit agresive sedangkan pada literatur ternak menjadi lebih tenang. Hal tersebut kemungkinan ternak sedang dalam masa bunting muda, karena ternak merasa syok karena pertambahan bobot tubuhnya.
Penanganan Kelahiran
Penanganan kelahiran ternak dibagi menjadi tiga fase. Fase yang pertama adalah penanganan ternak sebelum kelahiran. Berdasarkan hasil diskusi diketahui bahwa penanganan ternak sebelum kelahiran adalah sediakan alas kandang berupa jerami atau serbuk gergaji hal ini dimaksudkan agar ternak merasa nyaman serta ketika kelahiran pedet tidak terluka. Sediakan tempat pakan dan tempat minum dan beri pakan serta air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tenaga indukan saat akan melahirkan.
Penanganan kelahiran fase yang kedua yaitu penanganan ternak pada saat kelahiran. Pada keadaan normal pedet akan keluar kepala terlebih dahulu dan akan jatuh dengan mudah, kemudian induk akan menjilati plasenta pada pedet agar pedet bisa bernapas. Apabila selama 30 menit proses kelahiran belum selesai indukan disuntik hormon oxytocin untuk merangsang otot-otot untuk proses kelahiran. Setelah kelahiran selesai dekatkan pedet pada indukan agar bisa langsung menyusu. Air susu induk yang pertama berisi kolostrum. Apa bila sang induk tidak mau menyusui sedot kolostrum dari ambing induk untuk lngsung diberikan kepada pedet tersebut.
Fase yang ketiga adalah penanganan ternak sesudah kelahiran. Bedasarkan hasil diskusi diketahui bahwa apabila setelah kelahiran plasenta tidak keluar maka sang induk harus diberi suntikan hormon PGF2α. Ambing dibersihkan agar pedet saat menyusu tidak terkena bibit-bibit penyakit.
Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Ngadiyono (2007), yaitu semua lendir yang ada pada bagian mulut hidung, dan tubuh harus dibersihkan. Tali pusarnya dipotong sepanjang 10 cm dan diolesi dengan iodin untuk mencegah infeksi atau radang pusar. Ambing induk dibersihkan dengan air hangat agar pada saat pedhet menyusu, ambing sudah bersih dan tidak terkontaminasi bakteri. Kolostrum diberikan kepada pedhet untuk mendapatkan zat laksan dan kekebalan. Berdasarkan hasil diskusi pada saat praktikum, maka dapat dikatakan bahwa penanganan ternak sesudah kelahiran di lokasi praktikum sudah sesuai dengan literatur.
Perawatan dan Kesehatan Ternak
Perawatan ternak
Perawatan ternak dilakukan bertujuan agar ternak mudah diidentifikasi, mudah di kendalikan serta mencegah bibit-bibit penyakit untuk menyerang. Berdasarkan hasil diskusi perawatan ternak ada 3 perlakuan yang berbeda. Perawatan ternak yang pertama adalah saat ternak masuk. Ternak di karantina terlebih dahulu, setelah itu ternak dimandikan agar bersih dari bibit-bibit penyakit. Ternak diberi tanda identifikasi untuk memudahkan pendataan. Rambutnya di potong kemudian ditali agar mudah dikendalikan.
Perawatan ternak yang kedua adalah saat pemeliharaan ternak. Ternak di potong rambutnya apabila sudah tumbih terlalu panjang. Sanitasi kandang harus dijaga aga pertumbuhan bibit penyakit terhambat dan agar ternak merasa nyaman. Ketiga adalah saat ternak keluar. Hentikan pemberian obat satu sampa tiga hari sebelum ternak keluar untuk di potong, agar saat dipotong residu dari obat-obatan atau vaksin tidak tertinggal didalam daging.
Pencegahan dan pengendalian penyakit
Kegiatan yang dilakukan agar ternak bebas dari penyakit yaitu dilakukan vaksinasi, sanitasi kandang dan peralatan, lantai diusahakan selalu bersih dan kering, jika ada sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi yang sehat, dimandikan ternaknya, manajemen pakan yang baik. Menurut Sudono (2003), tindakan pencegahan penyakit yang baik yaitu ternak yang dimasukan ke dalam areal peternakan harus sehat dan bebas dari penyakit, kandang harus bebas dari genangan air, vaksinasi secara teratur, sanitasi kandang, masuknya cahaya matahari ke kandang, ventilasi kandang yang baik, pemberian pakan yang baik, dan penggembalaan ternak sangat dianjurkan agar ternak dapat berolahraga dan mengendurkan otot-otot sehingga ternak menjadi sehat dan bugar. yang terkena penyakit menular dari ternak yang sehat. Menurut Siregar (2008), diupayakan agar sapi dimandikan minimal satu kali dan maksimal dua kali dalam sehari.
Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan vaksinasi ternak secara teratur, lakukan sanitasi lingkungan yang baik, lakukan desinfeksi pada kandang dan peralatan kandang, memeriksa keadaan ternak secara teratur, menjauhkan ternak dari penyakit menular (Rianto dan Endang, 2010). Dasar dari pencegahan penyakit yang dilakukan di kandang sapi potong  Fakultas peternakan hampir sesuai dengan literatur tetapi penjagaan kebersihan lingkungan masih belum begitu dijalankan dengan baik seperti tempat minum yang kotor dan tidak setiap hari diganti dan kandang yang hanya dibersihkan.
Pemantauan ternak
Pemantauan ternak dilakukan oleh team asisten Laboratorium Ilmu Ternak Potong, Kerja dan Kesayangan. Pemantauan ternak bertujuan agar dapat mengetahui kondisi ternak secara kontinyu. Apabila ternak sakit dapat langsung di obati, dan juga untuk proses recording. Kondisi ternak sakit memiliki tanda berbeda-beda tergantung dari penyakit yang diderita. Misalnya penyakit diare dapat dilihat dari kondisi feses yang lembek dan cair. Penyelesaian masalah penyakit dilihat dari kondisi dan jumlah ternak yang sakit. Apabila semua ternak mengalami diare maka yang perlu dicheck adalah pakan, sanitasi dan minum. Sedangkan apabila hanya satu ternak yang sakit maka yang perlu diceck adalah ternak tersebut dan segera diberi penanganan obat. Pemantauan ternak juga bertujuan untuk meminimalisir tindak pencurian hewan ternak.
Penyakit yang sering muncul
Penyakit yang sering muncul di kandang ternak potong diantaranya yaitu mencret, cascado, abses, scabies, cacingan, dan kembung. Gejala kembung dapat disebabkan karena pakan hijauan yang diberikan masih terlalu muda. Penyakit menular timbul karena serangan jasad renik atas tubuh hewan. Kebanyakan jasad renik ini mengeluarkan racun (toksin), yang tentu saja bisa merusakkan jaringan tubuh penderita, menghancurkan alat-alat tubuh dan menimbulkan kematian. Jasad renik tadi pada umumnya masuk kedalam tubuh hewan melalui lubang-lubang tubuh, seperti mulut, hidung, alat kelamin, kulit yang luka, lecet, atau akibat gigitan serangga dan kutu.
Cacingan merupakan penyakit parasit internal yang bisa menekan produktivitas sapi. PMK adalah penyakit pada mulut dan kuku yang disebabkan oleh Aphtae epizootica, gejala yang muncul adalah demam tetapi sering tidak dikenali karena berlangsung sangat cepat (Rianto dan Endang, 2010). Penyakit perut kembung disebabkan oleh gas di dalam perut yang tidak bisa keluar sehingga mengganggu proses pencernaan pada sapi.
Penyakit pada ternak ada yang menular dan ada yang tidak menular. Penyakit menular banyak sekali macamnya, diantaranya adalah Brucellosis (penyakit gugur kandungan menular), Tubercolosis, radang limpa atau antrax, penyakit mulut dan kuku, radang kulit karena gigitan lalat, caplak, tungau, dan cacing (parasit dalam). Penyakit tidak menular biasanya disebabkan oleh gangguan mekanis, misalnya luka-luka, gangguan kimiawi misalnya keracunan zat-zat tertentu, dan gangguan karena kelainan alat-alat tubuh (Siregar, 2008). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di kandang Potong Fakultas Peternakan UGM tidak ditemukan ternak yang sedang sakit.
Obat yang sering digunakan
Berdasarkan hasil diskusi diketahui bahwa obat-obatan yang dibutuhkan pada kandang beserta fungsinya adalah sebagai berikut:
Tabel 10. Data Obat yang sering digunakan
Nama Obat                   Kandungan                                              Fungsi                                        
Norit                               Karbon absorben                                        Mencret       
Colibact bolus      Sulva diasin, Trimetoprin                                  Luka
Diambung                     Karbon absorben                                       Kembung
Vermiprazol                      Albendasol                                              Obat cacing
Carbasun                            Carbamar                                               Scabies
Biosolamin                             ATP                                                     Lemas
Medaty L                     Oxytetracyclin                                           Pneumonia
Calcidet                   Kalsium glukonat                                       Menambah Kalsium   
Novadon                          Pyramidon                                                 Anti sakit
Gusanex                          Diclovention                                              Anti lalat
Eramycetin              Erlamycentin, dexametasol                            Obat mata
Penicilin                           Penicilin                                                    Anti biotik
Penanganan ternak sakit
Berdasarkan praktikum yang sudah diakukan tidak terdapat ternak yang sakit, namun apabila kita menemui ternak yang sedang sakit maka penanganan ternak sakit harus segera dilakukan agar ternak yang sakit tersebut dapat  disembuhkan dan tidak menular ke ternak lainnya yang sehat. Bakalan yang baru hendaknya dikarantina pada suatu kandang terpisah dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses pembelian. Penanganan ternak yang sudah terjangkit penyakit harus secepatnya diberikan obat-obatan yang sesuai dengan penyakit yang dideritanya.
Limbah Peternakan
Tabel 11. Limbah peternakan
Macam Limbah              Penanganan                                    Pengolahan
Feses                         Ditampung/Dibuang                Diolah menjadi pupuk kandang
Urin                       Dialirkan ke penampungan                                    -
Pakan                    Ditampung dan di buang                                       -
Macam-macam limbah
Limbah yang dihasilkan di kandang milik laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan ini yaitu sisa pakan, feses, dan urin. Menurut Rianto dan Endang (2010), kotoran ternak terdiri dari feses dan sisa pakan yang tidak habis dimakan oleh sapi.



Penanganan limbah
Penanganan limbah di kandang ternak potong tidak ada pengolahan lebih lanjut. Feses hanya ditampung dan dikeringkan yang kemudian nantinya akan dijual sedangkan limbah berupa urin dibuang dengan dialirkan lewat selokan. Menurut Rianto dan Endang (2010), setidaknya kotoran ternak bisa dimanfaatkan menjadi tiga produk bernilai, yaitu pupuk kandang, biogas, dan bioarang.
Pengolahan limbah
Pengolahn limbah di kandang ternak potong adalah feses sapi diolah menjadi pupuk kandang. Urin dan sisa pakan hanya ditampung dan dibuang tanpa diolah terlebih dahulu. Menurut Rianto dan Endang (2010), pupuk kandang memiliki beberapa manfaat membantu tanah dalam penyerapan air hujan, memperbaiki kemampuan tanah dalam mengikat air, membantu tanah mengurangi erosi, memberikan lingkungan tumbuh yang baik bagi kecambah biji dan akar, merupakan sumber unsur hara bagi tanaman.














DAFTAR PUSTAKA

Awaluddin dan T. Panjaitan. 2010. Pengukuran Ternak Sapi Potong. Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB. NTB.
Fikar, S. dan Dadi R. 2010. Beternak dan Bisnis Sapi Potong. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta Selatan.
Hidajati, W. 2008. Cara Pemilihan Bibit Sapi Peranakan Ongole (PO). http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/cara-pemilihan-bibit-sapi-peranakan-ongole-po. Diakses pada tanggal 10 Maret 2015. Pukul 20.17 WIB.
Kusmantoro. 2008. Pengembangan Ternak Sapi Potong DIY. Fakultas Peternakan Universits Gadjah Mada. Yogyakarta.
Murtidjo, Bambang Agus. 2008. Seri Budidaya Sapi Potong Cetakan ke-8. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Ngadiyono, N. 2007. Beternak Sapi. PT. Citra Aji Parama. Yogyakarta.
Rianto, E., dan Endang P. 2010. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Safitri, T. 2011. Penerapan Good Breeding Practices Sapi Potong Di Pt Lembu Jantan Perkasa Serang – Banten. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Santoso,U., 2001. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Swadaya. Jakarta.
Sarwono, B dan H.B. Arianto. 2003. Penggemukan Sapi Potong secara Cepat. PenebarSwadaya. Jakarta.
Siregar, B. S. 2008. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudarmono, A.S dan Y. Bambang Sugeng. 2008. Sapi Potong : Pemeliharaan, Perbaikan Produksi, Prospek Bisnis, dan Analisis Penggemukan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudono, A., 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Swadaya. Jakarta.

Utomo, R., S. P. S. Budhi, A. Agus, C. T. Noviandi. 2008. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

No comments:

Post a Comment