LAPORAN
PRAKTIKUM
INDUSTRI
TERNAK POTONG
ACARA
SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK POTONG

Disusun
oleh:
Ridwan
Yuniawan
13/349162/PT/06545
KelompoK
VI
Asisten Pendamping: Alek Ibrahim
LABORATORIUM TERNAK POTONG, KERJA, DAN KESAYANGAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Sistem
pemeliharaan
Ternak
potong merupakan suatu komoditi ternak yang diarahkan untuk tujuan produksi. Pengembangan
terhadap ternak potong harus memperhatikan karakteristik setiap individu atau
komoditi ternak, sehingga input teknologi yang diimplementasikan dalam setiap
usaha ternak potong perlu disesuaikan dengan sifat reproduksi, pertumbuhan dan
kemampuan adaptasi dari ternaknya. Pengenalan terhadap sifat karakteristik bangsa
penting untuk dapat mengetahui ternak tersebut secara genetik masih murni
ataukah sudah merupakan hasil persilangan. Kemurnian ternak terkait dengan
potensi genetik. Produksi ternak potong pada perlakuan budidaya yang sama akan
menampilkan kinerja yang berbeda pula apabila indikator bangsa dan kemurniannya
berbeda.
Ternak
sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan
makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Selain produk
dagingnya, ternak sapi juga menghasilkan energi biologis, yang implikasinya
dapat menghasilkan energi mekanis berupa gerakan kontraksi dan relaksasi
musculus (otot). Gerakan tersebut dimanfaatkan untuk aktifitas kerja misalnya
mengolah lahan pertanian atau sebagai
alat transportasi. Produk lain dari ternak sapi yang dinilai termasuk produk
sampingan seperti kulit, feses, dan gas biorganik, sering memiliki nilai
strategis, sehingga perlu diperhatikan pemanfaatannya.
Tujuan Praktikum
Praktikum
Sistem Pemeliaraan Ternak Potong bertujuan agar praktikan mampu mengetahui cara
pemeliharaan ternak potong khususnya komoditas sapi meliputi manajemen
sanitasi, manajemen pakan, manajemen perawatan, manajemen perkandangan serta
manajemen pembuangan limbah peternakan.
Manfaat Praktikum
Manfaat
dari praktikum pemeliharaan ternak sapi adalah praktikan dapat mengetahui
sistem pemeliharaan ternak potong khususnya komoditas sapi. Setelah mengetahui
sistem pemeliharaan ternak potong, praktikan mampu menguasai hal-hal yang
berkaitan dengan sistem pemeliharaan ternak potong saat memasuki dunia kerja.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemilihan Ternak
Pemilihan
ternak
Pemilihan
bibit perlu dilakukan untuk memperoleh tujuan dari pemeliharaan ternak.
Kriteria pemilihan bibit yang digunakan untuk pembesaran yaitu mempunyai
moncong yang besar, sehingga diharapkan dengan moncong yang besar maka semakin
banyak pula pakan yang bisa dimakan oleh ternak tersebut, harus dalam keadaan
sudah lepas sapih, ternak yang belum lepas sapih masih belum bisa diberi pakan
hijauan, berat sapih juga harus di perhatikan, semakin besar bobot sapih maka
di harapkan pertumbuhan ternak juga akan besar. Pemilihan bibit untuk pembesaran juga harus
memperhatikan tujuan pembesaran sehingga dapat diketahui bangsa mana yang cocok
sesuai dengan tujuan pembesaran.
Kriteria
dasar pemilihan bibit sapi meliputi bangsa, sifat genetis, bentuk luar, serta
kesehatan. Pemilihan bangsa sapi yang paling disukai dan disesuakan dengan
tujuan pemeliharaan. Sifat genetis meliputi pertumbuhan daging dan kemampuan
adaptasi baik dengan lingkungan maupun pakan. Bentuk luar ukuran badan panjang
dan dalam, rusuk tumbuh panjang sehingga mampu menamping jumlah pakan yang
banyak, dada lebar, kaki besar, pendek, dan kokoh. Kesehatan berarti sapi harus
dalam keadaan sehat seperti kulit lemas dan mudah dilipat yang apabila dilepas
lipatannya cepat merata kembali, bulunya licin dan mengkilat, selaput lendir mulut
dan gusi berwarna merah muda, ujung hidung bersih, basah dan dingin. Hidung
sapi yang kering menunjukkan bahwa sapi itu menderita panas tubuh akibat suatu
infeksi. Suhu untuk anak sapi yang normal 39,50C sampai dengan 400C.
Kriteria kesehatan yang lain adalah sapi terlihat tegap, peka terhadap
lingkungan, pernapasan tenang dan teratur, melakukan ruminasi, nafsu makan
baik, dan pandangan mata cerah dan tajam (Sudarmono dan Sugeng, 2008).
Berdasaran literatur hasil yang didapat belum mencakup semua kriteria pemilihan
yang baik. Pemilihan bibit ternak yang baik bertujuan untuk menghindari adanya
kerugian dalam suatu pemeliharaan. Kerugian tersebut bisa di akibatkan karena
ternak tidak tumbuh dan berkembang sesuai keinginan pemeliharaan dan saat
mengalami kematian karena sakit.
Kriteria
pemilihan calon induk yaitu organ reproduksi normal, puting simetris, ambing
besar, siklus estrus teratur, kaki harus kuat, di ambing tidak terjadi infeksi
dan pembengkakan. Santoso (2001) menyatakan bahwa kriteria bibit
yang baik yaitu harus sehat, tampak bersemangat, aktif bergerak, kepala selalu
tegak, mata bercahaya, rambut dan bulu-bulunya mengkilat, bentuk badan normal,
badan besar (sedang), kaki lurus, jarak antar kaki lebar, tulang rusuk
berkembang, khusus untuk betina bentuk ambing besar, rasanya lembut kalau
dipegang dan juga mudah dilipat-lipat, puting susu bergantung pada ambing,
bentuk ambing besar dan simetris, dan memiliki sifat keibuan.
Kriteria
calon pejantan berdasarkan hasil diskusi adalah rabut halus, nafsu makan baik,
mata tidak sayu, menandakan bahwa ternak dalam kondisi sehat. Testis simetris
atau tidak cacat, testis yang simetris berhubungan dengan pembentukan hormon
testosteron sebagai hormon jantan. Umur siap kawin, calon pejantan berarti
harus sudah siap kawin, ditandai dengan adanya spermatozoa didalam semen dan
sudah dewasa kelamin. Tidak terlalu gemuk, calon pejantan yang terlalu gemuk
apabila dikawinkan secara konvensional indukan tidak akan kuat menahan bobot
pejantan saat kawin. Bereaksi dangan
hormon feromon betina, hormon feromon betina keluar saat indukan
mengalami estrus sehingga pejantan tau saat indukan dalam masa estrus
Kriteria
bakalan untuk penggemukan berdasarkan hasil diskusi adalah Average Daily Gain (ADG) bagus, ADG yang bagus sangat diperlukan
bagi bakalan untuk penggemukan karena untuk mencapai bobot ternak tinggi dalam
waktu singkat. Bentuk badan persegi panjang, karena pertambahan daging akan
merata pada ternak. Ukuran badan sedang, tidak terlalu kurus dan juga tidak
terlalu gemuk dan juga berjenis kelamin jantan, karena pertumbuhan ternak jauh
lebih besar dibandingkan dengan sapi betina, selain itu juga pemotongan sapi
betina yang masih produktif dilarang di Indonesia.
Metode
Seleksi ternak berdasarkan diskusi yang sudah dilakukan antara lain recording,
silsilah, dan secara visual bagus. Menurut Murtidjo (2008), pada umumnya syarat
yang paling penting unuk seleksi sapi potong, adalah bahwa sapi harus sehat,
usia masih muda, dan tidak memiliki sejarah terserang penyakit yang
membahayakan. Namun untuk sapi yang akan dipergunakan sebagai bibit
pengembangbiakkan, perlu ditambahkan persyaratan mengenai bagian-bagian tubuh,
pertumbuhan kelamin normal, dan tidak mandul.
Penilaian
Ternak
Metode
yang digunakan pada praktikum pemeliharaan ternak sapi adalah menggunakan
metode BCS (Body Condition Score)
dengan skala 1 sampai dengan 9. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan sapi Jawa
dengan nomer identitas 1 mempunyai nilai BCS 7, dengan ciri-ciri yang terlihat
yaitu kerangka tidak terlalu terlihat, nelva jelas, terdapat perlemakan dibawah
kulit ketika di cubit. Sapi Peranakan Ongole dengan nomer identitas 2 mempunyai
skor BCS 6, ciri-ciri yang terlihat yaitu kerangka terlihat dan pangal ekornya
terlihat. Sapi Jawa dengan nomer identitas 3 memunyai nilai BCS 5, dengan
ciri-ciri kerangka terlihat, tulang pinggul terlihat, dan pangkal ekor
terlihat.
Salah
satu cara untuk melakukan penilaian terhadap ukuran tubuh ternak adalah dengan Body
Condition Score (BCS). Skor kondisi dimaksudkan untuk memberikan kriteria
pada seekor ternak sapi yang dinilai secara kualitatif. Standar penilaian ini
penting terkait dengan kondisi tubuh ternak yang dapat menjadi indikator
terhadap pertumbuhan ternak dan potensi reproduksi yang dimiliki oleh seekor
ternak (Awaluddin dan Panjaitan, 2010).
Penanganan
Ternak sebelum Program Pemeliharaan
Penanganan
ternak sebelum proses pemeliharaan pada komoditas sapi yaitu ternak ditampung
terlebih dahulu, kemudian ternak dikelompokkan dan dipilih berdasarkan kriteria
yang diinginkan. Pengelompokkan dapat dilakukan dengan proses seleksi maupun culling. Penanganan ternak pada feedloot besar ternak dikarantina di
pelabuhan.
Sebelum
program pembibitan perlu dilakukan identifikasi ternak dan recording ternak.
Hal itu dilakukan agar ternak tersebut terdata dengan baik sehingga dapat
diketahui dengan jelas produktivitas ternak tersebut. Penanganan induk dan
pejantan juga dilakukan sebelum dilakukannya program pembibitan seperti cek
kesehatan ternak, perawatan secara intensif dan sanitasi kandang yang baik.
Pemilihan pejantan atau straw yang akan digunakan untuk perkawinan juga
dilakukan agar tidak terjadi inbreeding, kemudian dilakukan manajemen pakan
yang baik agar ternak tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk. Jika terlalu
kurus akan kesulitan beranak dan jika terlalu gemuk akan sulit untuk dilakukan
inseminasi buatan. Menurut Sudono (2003), sapi betina yang terlalu kurus
umumnya akan menghasilkan anak yang kondisinya lemah karena kekurangan nutrisi,
sementara induk yang terlalu gemuk akan mengalami kesulitan ketika melahirkan
di samping itu pemberian vitamin dan pengadaptasian ternak juga faktor penting
untuk penanganan ternak sebelum program pembibitan dilaksanakan.
Pendataan (Recording)
Tahapan
recording
Berdasarkan
diskusi yang telah dilakukan tahapan recording
adalah ternak dikarantina terlebih dahulu, kemudian ternak dikelompokkan
berdasarkan jenis kelamin, status fisiologis, berat badan serta bangsa ternak.
Ternak di beri nomer identitas untuk kemudian dilakukan pencatatan pendataan.
Recording perlu dilakukan untuk mengetahui riwayat seta asal-usul ternak yag
kita pelihara.
Macam
recording
Macam
recording berdasarkan diskusi yang
telah dilakukan yaitu:
Tabel
1. Macam Recording
Jenis recording
Data yang Diambil
Kelahiran Berat badan anak, jenis kelamin,
bangsa,
bobot sapih, bobot induk,
BCS induk,
tanggal lahir, jam lahir, dan nomer induk.
Kematian
Bangsa, tanggal lahir, jenis kelamin,
berat badan, diagnosa dan treatmen.
Pakan
Kebutuhan nutrient yang dibutuhkan ternak.
Komposisi
dan struktur ternak
Berdasarkan hasil praktikum
yang telah dilakukan didapatkan hasil komposisi dan struktur ternak sebagai
berikut:
Tabel
2. Data Komposisi dan Struktur Ternak

Jantan Betina
Jantan Betina Jantan Betina
Jawa - 4 - 3 - 1 8
PO - - - 3 - 1 4
Total - 4 - 6 - 2 12
Berdasarkan
tabel diatas, ternak sapi di Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan
berjumlah 12 ekor, yang terdiri dari 4 ekor pedhet betina, 6 ekor sapi lepas
sapih betina, dan 2 ekor sapi betina dewasa. Ternak sapi tersebut terdiri dari
dua bangsa, yaitu Peranakan Ongole (PO) dan Jawa.
Sapi
Peranakan Ongole (PO) adalah hasil persilangan antara sapi lokal dengan sapi
Ongole dari India. Sapi PO merupakan salah satu sapi potong lokal yang memegang
peranan penting dalam penyediaan kebutuhan daging, karena memiliki adaptasi
yang tinggi dan masih bisa berproduksi walaupun dalam kondisi pakan yang
terbatas. Sapi Jawa adalah sapi lokal yang sudah lama didomestikasi di Pulau
Jawa. Pemeliharaan sapi potong selain bertujuan untuk pembibitan juga untuk
memasok sapi bakalan untuk usaha penggemukan (Hidajati, 2008).
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan selama praktikum sapi yang diternakkan di
lokasi adalah sapi Jawa dan sapi Peranakan Ongole. Hal tersebut dilakukan
karena bangsa sapi tersebut mempunyai daya adaptasi lingkungan yang baik. Sapi
yang di kembangkan di kandang Laboratorium Ternaak Potong, Kerja, dan
Kesayangan semuanya adalah betina karena tujuan pmeliharaan sapi disini adalah
untuk keperluan pembelajaran serta pembibitan.
Perkandangan
Lokasi
Lokasi peternakan pada saat
praktikum dilakukan yaitu di kandang laboratorium ilmu dan industri ternak
potong fakultas peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Lokasi
peternakan beralamat di jalan Fauna no 3, depok, Sleman Yogyakarta. Lokasi
kandang berada di pinggir jalan, dekat dengan perumahan warga serta lingkungan
kampus. Sumber air dipeternakan ini dicukupi dari air bawah tanah melalui sumur
selain itu juga didekatnya terdapat sumber air berupa selokan mataram.
Ada beberapa persyaratan
penting dalam pemilihan lokasi peternakan sapi potong, yaitu kesesuaian dengan
jenis sapi yang dipelihara, akses jalan yang baik, ketersediaan air bersih, dan
sirkulasi udara yang baik. Pemilihan lokasi kandang sapi harus disesuaikan
dengan jenis sapi yang dipelihara. Sapi-sapi lokal relatif cepat beradaptasi
dan lebih tahan panas dibandingkan dengan sapi impor, sehingga sapi lokal lebih
cocok dipelihara pada dataran rendah. Lokasi kandang sebaiknya jauh dari
pemukiman penduduk, minimum sekitar 500 meter. Hal ini mutlak dilakukan agar
bau dari kandang tidak mengganggu penduduk sekitar. Lokasi yang dipilih sebagai area peternakan
sebaiknya mudah dijangkau oleh kendaraan. Oleh karena itu, akses jalan menuju
lokasi kandang harus bagus dan mudah dijangkau kendaraan. Selain itu, lokasi
peternakan harus memiliki ketersediaan air bersih yang melimpah dan diusahakan
agar berada di daerah pedesaan yang udaranya masih segar (Fikar dan Dadi,
2010).
Berdasarkan pengamatan
lokasi saat praktikum, dapat dikatakan bahwa lokasi kandang sapi di
Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan kurang memenuhi kurang
memenuhi persyaratan karena lokasinya yang berdekatan dengan perumahan serta
lingkungan kampus sehingga mengganggu warga sekitar. Meskipun akses jalan dan
ketersediaan air bersih baik, namun pembuangan limbah peternakan yang masih
dekat dengan letak kandang akan mengganggu sirkulasi udara karena akan banyak
di tumbuhi bibit-bibit penyakit yang akan mengaggu kesehatan ternak.
Layout
Kandang
|
|

|
|
|
|
|
|

|
|
|
|
|
|
|
|
Gambar
1. Layout Kandang
Kandang merupakan salah satu aspek yang cukup
penting dalam pemeliharaan sapi karena perkandangan merupakan faktor yang cukup
menentukan bagi kelancaran usaha ternak tersebut. Menurut Kusmantoro (2008),
kandang merupakan tempat untuk ternak melakukan sebagian besar aktivitas
hidupnya dan berfungsi untuk melindungi ternak dari hewan pemangsa, mencegah
ternak agar tidak merusak tanaman, tempat makan dan minum, tempat kawin dan
beranak, tempat tidur dan beristirahat. Ternak banyak menghabiskan waktunya
didalam kandang.
Karakteristik
kandang
Berdasarkan
hasil praktikum diketahui bahwa karakteristik kandang sebagai berikut:
Tabel
3. Data KarakteristikKandang

1 2
3
Jenis
Kandang Individu Umbaran Beranak
Atap Monitor - Monitor
Dinding Semi terbuka Terbuka Semi terbuka
Alas Lantai
semen pafling
Lantai semen
Ukuran Lokal 3,67m x 2,85 m 2,34m x 2,9m 3,57m x 3,53m
Kandang
Isi Ternak - 7 Ekor 5 Ekor
Ukuran Bangunan 317,58 m2 149,11 m2 84,62 m2
Kandang
Ukuran tempat pakan 65 x 85 x 25cm
80 x 20cm 96
x 60 x 25
Ukuran tempat minum 38 x
65 x 35cm 60 x 60 x 37 96 x 80 x 30
Ukuran Selokan 0,3 x 14,8 m 0,32 x 24,05 m 0,32 x 24,05 m
Kemiringan Kandang 2% 0% 4%
Kemiringan Selokan 1% 1% 1%
Floor
space 2,8 x 2,94 m 2,34 x 2,9 m 27 x 2,8
Kandang
terdiri dari berbagai macam tipe kandang. Kandang sapi yang diamati pada saat
praktikum terdiri dari 3 macam, yaitu kandang beranak dan menyusui, kandang
individu dan kandang umbaran/ koloni. Menurut Ngadiyono (2007), tipe kandang
individu berdasarkan bentuknya ada 2, yaitu kandang tunggal dan kandang ganda.
Kandang tunggal terdiri satu baris kandang yang dilengkapi lorong jalan dan
selokan atau parit. Kandang ganda ada 2 macam yaitu sapi saling berhadapan
(head to head) dan sapi saling bertolak belakang (tail to tail) yang dilengkapi
lorong untuk memudahkan pemberian pakan dan pengontrolan ternak. Berdasarkan
pengamatan, maka dapat dikatakan bahwa kandang individu di lokasi praktikum
termasuk kandang ganda (head to head).
Kandang
individu dapat memacu pertumbuhan sapi lebih pesat. Hal tersebut dapat terjadi
karena sapi tidak berkompetisi dalam mendapatkan pakan atau minum. Selain itu,
sapi memiliki ruang gerak yang terbatas sehingga energi yang diperoleh dari
pakan hanya digunakan untuk kehidupan pokok dan produksi daging tidak hilang
akibat banyak bergerak. Kandang koloni sangat memungkinkan sapi dapat
ditempatkan dalam satu kandang, tanpa ada sekat atau pembatas sama sekali. Tempat pakan dan minum pada kandang ini
biasanya diletakkan di sudut atau di tengah kandang. Tipe kandang ini memiliki
kelemahan di antaranya sering terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan
minum. Akibatnya, sapi yang lebih kuat cenderung memiliki pertumbuhan yang
lebih cepat karena lebih banyak memperoleh pakan. Namun, tipe kandang ini juga
memiliki keunggulan, di antaranya sapi akan lebih sehat dan memiliki kaki yang
lebih kuat untuk menopang tubuhnya karena sering bergerak (exercise). Pembuatan
kandang koloni lebih murah dan ekonomis dibandingkan dengan kandang individu
(Fikar dan Dadi, 2010).
Fasilitas,
Perlengkapan, dan Peralatan Kandang
Fasilitas
kandang
Berdasarkan
hasil praktikum diketahui fasilitas kandang sebagai berikut:
Tabel
4. Fasilitas Kandang
Fasilitas Jumlah
Fungsi
Toilet 1 Untuk tempat buang air dan
cuci tangan
Tempat Istirahat 1 Untuk
tempat istirahat anak kandang
Gudang Peralatan 1 Untuk tempat penyimpanan
peralatan kandang
Mobil Pick up 1 Untuk keperluan pengangkutan pakan
Ruang asisten 1 Untuk
tempat diskusi dan istirahat asisten
Gudang pakan 2 Untuk
tempat penyimpanan bahan pakan
Ruang diskusi 1 Untuk
tempat diskusi
Kantor 1 Untuk keperluan
administrasi kandang
Berdasarkan
pengamatan di lingkungan kandang, fasilitas pendukung kandang antara lain
toilet, gudang peralatan, tempat istirahat. Mobil pick up, ruang asisten gudang
pakan, ruang diskusi dan kantor. Fasilitas kandang hanya merupakan additional
dalam pembangunan suatu kandang, yang berarti bahwa apa bila tidak ada
ekosistem kandang masih dapat berjalan meskipun tidak akan berjalan efektif. Menurut
Rianto dan Endang (2010), bangunan yang ada di lingkungan kandang antara lain
gudang pakan, silo, reservoir air, kamar obat, rumah karyawan, kantor kepala,
prasarana transportasi, padang gembala, rumah timbangan ternak, tempat umbaran,
kandang air, drainase, tempat pembuangan kotoran. Fasilitas yang ada di lokasi
praktikum bila dibandingkan dengan literatur sudah cukup baik.
Perlengkapan
kandang
Berdasarkan
pengamatan kandang diketahui perlengkapan kandang sebagai berikut:
Tabel
5. Data Perlengkapan Kandang
Perlengkapan Jumlah
Fungsi
Tempat pakan 30 Tempat menaruh pakan
sapi
Tempat minum 19 Tempat air untuk minum
sapi
Termometer 1 Mengukur suhu kandang
Selang air Mengalirkan
air ke tempat minum
dan kran
Penambat tempat minum 19 Menutup selang ketika air
penuh
Lampu Menyinari
kandang saat gelap
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan dilngkungan kandang, dapat diketahui bahwa
perlengkapan kandang antara lain tempat pakan, tempat minum, termometer, selang
air, penambat tempat minum dan lampu penerangan. Perlengkapan kandang bertujuan
untuk memudahkan aktivitas perkandangan agar berjalan efektif.
Peralatan
kandang
Berdasarkan
Pengamatan yang dilakukan saat praktikum diketahui peralatan kandang yaitu:
Tabel
6. Data Peralatan Kandang
Peralatan Jumlah Fungsi
Troli 3 Tempat untuk mengankut
pakan dan feses
Skop 3 Untuk mengankut kotoran
sapi ke atas troli
Sabit 3 Untuk memotong hijauan
Chopper 1 Memotong hijauan menjadi
kecil- kecil
Timbangan jepit 1 Untuk
menimbang bobot sapi
Sapu lidi 3 Untuk menyapu kandang dan
sekitar kandang
Sapu 2 Untuk menyapu sekitar
kandang
Ember 5 Tempat mengangut pakan dan
air
Peralatan
kandang yang terdapat di kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan
kesayangan antara lain troli sebagai tempat untuk menampung dan mengankut pakan
serta feses sapi, skop yang befungsi untuk mengangku kotoran sapi keatas troli,
sabit untuk memotong rumput atau hijauan, chopper untuk memotong hijauan agar
mudah dimakan ternak, timbangan jepit untuk mengetahui bobo ternak, sapu dan
sapu lidi untuk membersihkan kandang serta lingkungan sekitar kandang dan ember
yang berfungsi untuk menampung pakan serta membawa air.
Suhu
dan kelembapan kandang
Pengukuran
kondisi lingkungan dilakukan dengan mengukur suhu dan kelembaban relatif
kandang. Pengukuran suhu dan kelembaban relatif dilakukan dengan menggunakan
termohygrometer yang diletakkan di dalam kandang. Pengukuran suhu dan
kelembaban kandang dilakukan pada pukul 06.40 WIB untuk pengukuran pagi hari,
pukul 13.20 WIB untuk pengukuran siang hari dan pada pukul 17.55 WIB untuk
pengukuran sore hari. Diperoleh hasil pengukuran suhu pagi hari sebesar 24ºC dengan
kelembaban sebesar 99%, pengukuran suhu siang hari sebesar 28,8oC
dengan kelembapan 67%, dan sore hari sebesar 26,6ºC dengan kelembaban sebesar
65%. Nilai Temperature Humidity Index pada
pagi, siang dan sore ber turut-turut adalah 23,95, 26,9, dan 24,76.
Temperatur
dan kelembaban keduanya saling mempunyai keterkaitan. Temperatur dan kelembaban
lingkungan akan mempengaruhi frekuensi respirasi, frekuensi pulsus dan
temperatur rektal. Tinggi tempat mempengaruhi tinggi rendahnya kelembaban udara
yang sangat berpengaruh terhadap hilangnya panas dari tubuh hewan sehingga
penting untuk mengimbangi rata-rata hilangnya panas dari tubuh (Ngadiyono,
2007). Kondisi suhu dan kelembaban di peternakan masih terlalu tinggi menurut
Williamson dan Payne (1993) dalam Safitri (2011), suhu untuk sapi antara 18
sampai 26oC, walaupun banyak daerah yang memiliki iklim yang cocok
untuk peternakan, baik untuk bangsa-bangsa sapi lokal (tropis) maupun sapi
impor dari luar negeri. Faktor iklim yakni suhu lingkungan yang tinggi dapat
menurunkan feed intake dan sebaliknya akan menaikkan konsumsi air minum. Bila
hal ini terus terjadi, akan mempengaruhi produktivitas yang diukur dari
pertumbuhan dan produksi ususnya serta dapat langsung mempengaruhi reproduksi
dari sapi.
Pakan
Bahan
pakan
Pakan
merupakan salah satu faktor terpenting bagi produktivitas ternak karena biaya
yang digunakan dapat mencapai 70 % dari total biaya produksi, sehingga
diperlukan manajemen yang tepat dan efisien agar tidak rugi. Pakan dibagi
menjadi dua yaitu pakan hijauan dan pakan konsentrat. Bahan pakan yang diberikan
pada ternak sapi di kandang ternak potong diantaranya yaitu :
Tabel 7. Data Bahan Pakan
Bahan pakan BK (%) PK (%) Harga / kg (Rp.) Asal
Kleci 3800 Bantul
Nutifeed 86% 12%
2000 Klaten
Rumput
gajah
200 HMT kebun fapet
Rumput liar - Terdapat dilingkungan
sekitar kandang
Bahan
pakan konsentrat yang digunakan yaitu dalam bentuk mesh atau butiran
kecil/halus, konsentrat yang diberikan merupakan konsentrat yang berasal dari
campuran beberapa bahan pakan, kleci dan nutrifid. Hijauan yang diberikan dalam
bentuk chopped dari jenis rumput gajah, hal ini dilakukan agar ternak mudah
memakan dan mencernanya sehingga kecernaannya menjadi lebih baik. Menurut Utomo
et al., (2008), bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, dapat
dicerna sebagian atau seluruhnya, tanpa mengganggu kesehatan pemakannya.
Berdasarkan literatur bahan pakan yang diberikan pada ternak sapi sudah
memenuhi yang dimaksud dengan bahan pakan karena dapat dicerna serta tidak
menganggu kesehatan ternak tersebut.
Proses
penyusunan pakan
Penyusunan
ransum pakan di hitung berdasarkan kebutuhan nutrient ternak tersebut. Perhitungan
jumlah kebutuhan pakan dilakukan dengan menggunakan sampel satu ekor sapi
dengan berat 235 kg. Kebutuhan pakan sapi sebanyak 3% dari berat badan,
sehingga diperoleh kebutuhan pakan sapi tersebut sebesar 7,05 kg. Imbangan
konsentrat dibagi hijauan yaitu 40% dibanding 60%. Bahan kering konsentrat
dalam bentuk as feed yang diberikan kepada sapi tersebut sebesar 3,3 kg. Berat
kering hijauan as feed yang diberikan sebesar 19,22 kg.
Metode
pemberian pakan
Berdasarkan
praktikum yang sudah dilakukan metode pemberian pakan adalah sebagai berikut:
Tabel
8. Metode Pemberian Pakan
Waktu Bahan Jumlah Metode Sisa Pakan
Pemberian Pakan Pemberian Pemberian Terbuang
07.00
Konsentrat 5 kg Kering -
+Kleci
14.00 Hijauan Rumput 15 kg Cacah -
Raja
Pemberian
pakan dilakukan dua kali sehari yakni pagi dan sore hari. Pemberian pakan pagi
dilakukan pada pukul 07.00 WIB dengan jumlah pemberian pakan konsentrat 5
kg/ekor. Pakan konsentrat didapatkan dari pabrik Nutrifeed di daerah Klaten.
Pemberian pakan dilakukan dalam bentuk konsentrat yang sudah dicampur dengan
kleci pada seluruh ternak. Pemberian pakan sore hari dilakukan pada pukul 14.00
WIB dengan jumlah pemberian pakan hijauan segar 15 kg/ekor. Hijauan segar
didapatkan dari kebun HMT di sekitar lingkungan kandang. Pemberian pakan
hijauan segar dilakukan dengan mencampur rumput gajah dengan rumput liar yang
kemuadian dimasukkan dalam mesin chopper untuk di potong-potong dalam bentuk
potongan kecil. Pemberian pakan dilakukan menyeluruh pada semua ternak sapi.
Pakan
sapi untuk pada umumnya berupa hijauan
segar dan konsentrat. Tanpa pakan tambahan berupa konsentrat pemberian hijauan
segar sebagai pakan sapi sebenarnya tidak efisien. Pakan hijauan terlalu banyak
mengandung air sehingga kadar nutrisinya relatif sedikit, walaupun volume pakan
hijauan yang diberikan banyak, tetapi jumlah nutrien yang diperoleh tidak
mencukupi kebutuhan hidup sapi, akibatnya target pertumbuhan bobot per hari
sulit terpenuhi (Sarwono dan Arianto (2003). Berdasarkan hasil praktikum yang didapat
dapat dikatakan bahwa pakan yang diberikan sudah memenuhi kebutuhan nutrient
karena konsentrat yang di berikan sudah melebihi kebutuhan ternak, akan tetapi
sangat tidak efisien karena terlalu berlebihan.
Reproduksi
Deteksi
Birahi
Deteksi
birahi dilakukan untuk mengetahui kapan saat mengawinkan yang tepat bagi ternak
agar persentase keberhasilan atau menjadi bunting tinggi. Ciri-ciri ternak yang
birahi yaitu nafsu makan menurun, gelisah, keluar lendir, vulva kemerahan dan
berusaha menunggangi temannya tetapi diam jika ditunggangi pejantan. Menurut
Ngadiyono (2007), tanda-tanda ternak birahi yaitu sering mengembik-ngembik
tanpa sebab, menggosok-gosokkan badan pada dinding atau kayu, gelisah, nafsu
makan berkurang, ekor dikibas-kibaskan, sering berkemih, bibir kemaluan agak
membengkak, selaput bagian dalam agak kemerah-merahan, dan keluar lendir yang
jernih. Masa birahi pada sapi
berlangsung sekitar 16 sampai 20 jam setiap kalinya dan terus berulang
setiap 3 minggu (21 hari).
Berdasarkan
hasil pengamatan deteksi birahi dengan metode visual meraba tidak terdapat
ternak yang sedang dalam masa birahi. Berdasarkan literatur juga tidak terlihat
tanda-tanda adanya ternak yang sedang birahi. Menurut Siregar (2008), Faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja reproduksi antara lain bangsa, aktivitas, konsumsi
pakan, keadaan laktasi, umur, berat badan, dan keadaan lingkungan sekitar.
Perkawinan
Pertama
kali ternak dikawinkan adalah ketika sudah mengalami dewasa kelamin dan dewasa
tubuh. Dewasa kelamin pada sapi secara anatomis ditandai dengan adanya estrus
yaitu dengan metode deteksi 3A (Abang, Aboh, dan Anget). Sedangkan secara
histologis ditandai dengan terbentuknya folikel degraaf di dalam ovarium yang kemuadian berovulasi. Perkawinan yang
dilakukan di kandang ternak potong yaitu dengan cara Inseminasi Buatan (IB).
Inseminasi buatan dilakukan di akhir estrus di awal metestrus. Bila tanda-tanda
birahi terjadi di sore hari maka paginya adalah waktu yang tepat untuk
dikawinkan. Umur pertama kali yang paling ideal untuk mengawinkan sapi betina
yaitu pada umur 18 sampai 24 bulan,
karena pada umur tersebut sudah tercapainya dewasa kelamin dan dewasa tubuhnya.
Umur ideal untuk mengawinkan sapi jantan yaitu pada umur 1 sampai 2 tahun. Menurut
Rianto dan Endang (2010), umur pertama kali kawin pada sapi dara adalah 18
sampai 24 bulan.
Deteksi
Kebuntingan
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan saat praktikum diketahui bahwa data ternak yang
bunting adalah:
Tabel
9. Data Deteksi Kebuntingan
Bangsa
No. ID Kandang Ciri-ciri
Jawa
Mince Beranak Perut
bagian kanan besar, lekukan di bawah
pinggul terlihat sangat cekung, dan ternak
sedikit agresive
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan terdapat sapi yang sedang bunting yaitu sapi dengan
nama identitas Mince. Ciri-ciri yang terlihat yaitu perut sebelah kanan
membesar, lekukan bawah pinggang cekung, ternak agesive dan tidak estrus.
Deteksi kebuntingan yaitu cara untuk mengetahui kebuntingan ternak. Menurut
Sudono (2003), tanda-tanda ternak bunting yaitu tidak timbulnya estrus, ternak
menjadi lebih tenang, perut membesar, ambing berkembang, berat badan naik, dan
jika sudah beberapa bulan bunting terlihat gerakan fetus dari perut pada induk
yang kurus.
Berdasarkan
literatur tanda-tanda yang didapat saat praktikum menunjukkan bahwa ternak
dalam keadaan bunting. Perbedaan keadaan pada literatur adalah ternak sedikit
agresive sedangkan pada literatur ternak menjadi lebih tenang. Hal tersebut
kemungkinan ternak sedang dalam masa bunting muda, karena ternak merasa syok
karena pertambahan bobot tubuhnya.
Penanganan
Kelahiran
Penanganan
kelahiran ternak dibagi menjadi tiga fase. Fase yang pertama adalah penanganan
ternak sebelum kelahiran. Berdasarkan hasil diskusi diketahui bahwa penanganan
ternak sebelum kelahiran adalah sediakan alas kandang berupa jerami atau serbuk
gergaji hal ini dimaksudkan agar ternak merasa nyaman serta ketika kelahiran
pedet tidak terluka. Sediakan tempat pakan dan tempat minum dan beri pakan
serta air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tenaga indukan saat akan
melahirkan.
Penanganan
kelahiran fase yang kedua yaitu penanganan ternak pada saat kelahiran. Pada
keadaan normal pedet akan keluar kepala terlebih dahulu dan akan jatuh dengan
mudah, kemudian induk akan menjilati plasenta pada pedet agar pedet bisa
bernapas. Apabila selama 30 menit proses kelahiran belum selesai indukan
disuntik hormon oxytocin untuk merangsang
otot-otot untuk proses kelahiran. Setelah kelahiran selesai dekatkan pedet pada
indukan agar bisa langsung menyusu. Air susu induk yang pertama berisi kolostrum.
Apa bila sang induk tidak mau menyusui sedot kolostrum dari ambing induk untuk
lngsung diberikan kepada pedet tersebut.
Fase yang ketiga adalah
penanganan ternak sesudah kelahiran. Bedasarkan hasil diskusi diketahui bahwa
apabila setelah kelahiran plasenta tidak keluar maka sang induk harus diberi
suntikan hormon PGF2α. Ambing dibersihkan agar pedet saat menyusu tidak terkena
bibit-bibit penyakit.
Hal
tersebut sesuai dengan penjelasan Ngadiyono (2007), yaitu semua lendir yang ada
pada bagian mulut hidung, dan tubuh harus dibersihkan. Tali pusarnya dipotong
sepanjang 10 cm dan diolesi dengan iodin untuk mencegah infeksi atau radang
pusar. Ambing induk dibersihkan dengan air hangat agar pada saat pedhet
menyusu, ambing sudah bersih dan tidak terkontaminasi bakteri. Kolostrum
diberikan kepada pedhet untuk mendapatkan zat laksan dan kekebalan. Berdasarkan
hasil diskusi pada saat praktikum, maka dapat dikatakan bahwa penanganan ternak
sesudah kelahiran di lokasi praktikum sudah sesuai dengan literatur.
Perawatan
dan Kesehatan Ternak
Perawatan
ternak
Perawatan
ternak dilakukan bertujuan agar ternak mudah diidentifikasi, mudah di
kendalikan serta mencegah bibit-bibit penyakit untuk menyerang. Berdasarkan
hasil diskusi perawatan ternak ada 3 perlakuan yang berbeda. Perawatan ternak
yang pertama adalah saat ternak masuk. Ternak di karantina terlebih dahulu,
setelah itu ternak dimandikan agar bersih dari bibit-bibit penyakit. Ternak
diberi tanda identifikasi untuk memudahkan pendataan. Rambutnya di potong
kemudian ditali agar mudah dikendalikan.
Perawatan
ternak yang kedua adalah saat pemeliharaan ternak. Ternak di potong rambutnya
apabila sudah tumbih terlalu panjang. Sanitasi kandang harus dijaga aga
pertumbuhan bibit penyakit terhambat dan agar ternak merasa nyaman. Ketiga
adalah saat ternak keluar. Hentikan pemberian obat satu sampa tiga hari sebelum
ternak keluar untuk di potong, agar saat dipotong residu dari obat-obatan atau
vaksin tidak tertinggal didalam daging.
Pencegahan
dan pengendalian penyakit
Kegiatan
yang dilakukan agar ternak bebas dari penyakit yaitu dilakukan vaksinasi,
sanitasi kandang dan peralatan, lantai diusahakan selalu bersih dan kering,
jika ada sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi yang sehat, dimandikan
ternaknya, manajemen pakan yang baik. Menurut Sudono (2003), tindakan
pencegahan penyakit yang baik yaitu ternak yang dimasukan ke dalam areal
peternakan harus sehat dan bebas dari penyakit, kandang harus bebas dari
genangan air, vaksinasi secara teratur, sanitasi kandang, masuknya cahaya matahari
ke kandang, ventilasi kandang yang baik, pemberian pakan yang baik, dan
penggembalaan ternak sangat dianjurkan agar ternak dapat berolahraga dan
mengendurkan otot-otot sehingga ternak menjadi sehat dan bugar. yang terkena
penyakit menular dari ternak yang sehat. Menurut Siregar (2008), diupayakan
agar sapi dimandikan minimal satu kali dan maksimal dua kali dalam sehari.
Pencegahan
penyakit dapat dilakukan dengan vaksinasi ternak secara teratur, lakukan
sanitasi lingkungan yang baik, lakukan desinfeksi pada kandang dan peralatan
kandang, memeriksa keadaan ternak secara teratur, menjauhkan ternak dari
penyakit menular (Rianto dan Endang, 2010). Dasar dari pencegahan penyakit yang
dilakukan di kandang sapi potong
Fakultas peternakan hampir sesuai dengan literatur tetapi penjagaan
kebersihan lingkungan masih belum begitu dijalankan dengan baik seperti tempat
minum yang kotor dan tidak setiap hari diganti dan kandang yang hanya
dibersihkan.
Pemantauan
ternak
Pemantauan
ternak dilakukan oleh team asisten Laboratorium Ilmu Ternak Potong, Kerja dan
Kesayangan. Pemantauan ternak bertujuan agar dapat mengetahui kondisi ternak
secara kontinyu. Apabila ternak sakit dapat langsung di obati, dan juga untuk
proses recording. Kondisi ternak sakit memiliki tanda berbeda-beda tergantung
dari penyakit yang diderita. Misalnya penyakit diare dapat dilihat dari kondisi
feses yang lembek dan cair. Penyelesaian masalah penyakit dilihat dari kondisi
dan jumlah ternak yang sakit. Apabila semua ternak mengalami diare maka yang perlu
dicheck adalah pakan, sanitasi dan minum. Sedangkan apabila hanya satu ternak
yang sakit maka yang perlu diceck adalah ternak tersebut dan segera diberi
penanganan obat. Pemantauan ternak juga bertujuan untuk meminimalisir tindak
pencurian hewan ternak.
Penyakit
yang sering muncul
Penyakit
yang sering muncul di kandang ternak potong diantaranya yaitu mencret, cascado,
abses, scabies, cacingan, dan kembung. Gejala kembung dapat disebabkan karena
pakan hijauan yang diberikan masih terlalu muda. Penyakit menular timbul karena
serangan jasad renik atas tubuh hewan. Kebanyakan jasad renik ini mengeluarkan
racun (toksin), yang tentu saja bisa merusakkan jaringan tubuh penderita,
menghancurkan alat-alat tubuh dan menimbulkan kematian. Jasad renik tadi pada
umumnya masuk kedalam tubuh hewan melalui lubang-lubang tubuh, seperti mulut,
hidung, alat kelamin, kulit yang luka, lecet, atau akibat gigitan serangga dan
kutu.
Cacingan
merupakan penyakit parasit internal yang bisa menekan produktivitas sapi. PMK
adalah penyakit pada mulut dan kuku yang disebabkan oleh Aphtae epizootica,
gejala yang muncul adalah demam tetapi sering tidak dikenali karena berlangsung
sangat cepat (Rianto dan Endang, 2010). Penyakit perut kembung disebabkan oleh
gas di dalam perut yang tidak bisa keluar sehingga mengganggu proses pencernaan
pada sapi.
Penyakit
pada ternak ada yang menular dan ada yang tidak menular. Penyakit menular
banyak sekali macamnya, diantaranya adalah Brucellosis (penyakit gugur
kandungan menular), Tubercolosis, radang limpa atau antrax, penyakit mulut dan
kuku, radang kulit karena gigitan lalat, caplak, tungau, dan cacing (parasit
dalam). Penyakit tidak menular biasanya disebabkan oleh gangguan mekanis,
misalnya luka-luka, gangguan kimiawi misalnya keracunan zat-zat tertentu, dan
gangguan karena kelainan alat-alat tubuh (Siregar, 2008). Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan di kandang Potong Fakultas Peternakan UGM tidak
ditemukan ternak yang sedang sakit.
Obat
yang sering digunakan
Berdasarkan
hasil diskusi diketahui bahwa obat-obatan yang dibutuhkan pada kandang beserta
fungsinya adalah sebagai berikut:
Tabel
10. Data Obat yang sering digunakan
Nama Obat Kandungan
Fungsi
Norit Karbon absorben Mencret
Colibact bolus Sulva diasin, Trimetoprin Luka
Diambung Karbon absorben Kembung
Vermiprazol Albendasol Obat
cacing
Carbasun Carbamar Scabies
Biosolamin ATP Lemas
Medaty L Oxytetracyclin
Pneumonia
Calcidet Kalsium glukonat Menambah
Kalsium
Novadon Pyramidon Anti sakit
Gusanex Diclovention Anti lalat
Eramycetin Erlamycentin, dexametasol Obat mata
Penicilin Penicilin Anti
biotik
Penanganan
ternak sakit
Berdasarkan
praktikum yang sudah diakukan tidak terdapat ternak yang sakit, namun apabila
kita menemui ternak yang sedang sakit maka penanganan ternak sakit harus segera
dilakukan agar ternak yang sakit tersebut dapat
disembuhkan dan tidak menular ke ternak lainnya yang sehat. Bakalan yang
baru hendaknya dikarantina pada suatu kandang terpisah dengan tujuan untuk
memonitor adanya gejala penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses
pembelian. Penanganan ternak yang sudah terjangkit penyakit harus secepatnya
diberikan obat-obatan yang sesuai dengan penyakit yang dideritanya.
Limbah
Peternakan
Tabel
11. Limbah peternakan
Macam Limbah Penanganan Pengolahan
Feses Ditampung/Dibuang Diolah menjadi pupuk kandang
Urin Dialirkan ke
penampungan
-
Pakan Ditampung dan di buang -
Macam-macam
limbah
Limbah
yang dihasilkan di kandang milik laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan
Kesayangan ini yaitu sisa pakan, feses, dan urin. Menurut Rianto dan Endang
(2010), kotoran ternak terdiri dari feses dan sisa pakan yang tidak habis
dimakan oleh sapi.
Penanganan
limbah
Penanganan
limbah di kandang ternak potong tidak ada pengolahan lebih lanjut. Feses hanya
ditampung dan dikeringkan yang kemudian nantinya akan dijual sedangkan limbah
berupa urin dibuang dengan dialirkan lewat selokan. Menurut Rianto dan Endang
(2010), setidaknya kotoran ternak bisa dimanfaatkan menjadi tiga produk
bernilai, yaitu pupuk kandang, biogas, dan bioarang.
Pengolahan
limbah
Pengolahn
limbah di kandang ternak potong adalah feses sapi diolah menjadi pupuk kandang.
Urin dan sisa pakan hanya ditampung dan dibuang tanpa diolah terlebih dahulu.
Menurut
Rianto dan Endang (2010), pupuk kandang memiliki beberapa manfaat membantu
tanah dalam penyerapan air hujan, memperbaiki kemampuan tanah dalam mengikat
air, membantu tanah mengurangi erosi, memberikan lingkungan tumbuh yang baik
bagi kecambah biji dan akar, merupakan sumber unsur hara bagi tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Awaluddin
dan T. Panjaitan. 2010. Pengukuran Ternak Sapi Potong. Kementerian Pertanian
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB. NTB.
Fikar,
S. dan Dadi R. 2010. Beternak dan Bisnis Sapi Potong. PT AgroMedia Pustaka.
Jakarta Selatan.
Hidajati,
W. 2008. Cara Pemilihan Bibit Sapi Peranakan Ongole (PO). http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/cara-pemilihan-bibit-sapi-peranakan-ongole-po.
Diakses pada tanggal 10 Maret 2015. Pukul 20.17 WIB.
Kusmantoro.
2008. Pengembangan Ternak Sapi Potong DIY. Fakultas Peternakan Universits
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Murtidjo,
Bambang Agus. 2008. Seri Budidaya Sapi Potong Cetakan ke-8. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Ngadiyono,
N. 2007. Beternak Sapi. PT. Citra Aji Parama. Yogyakarta.
Rianto,
E., dan Endang P. 2010. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Safitri,
T. 2011. Penerapan Good Breeding Practices Sapi Potong Di Pt Lembu Jantan
Perkasa Serang – Banten. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Santoso,U.,
2001. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Swadaya. Jakarta.
Sarwono,
B dan H.B. Arianto. 2003. Penggemukan Sapi Potong secara Cepat. PenebarSwadaya.
Jakarta.
Siregar,
B. S. 2008. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudarmono,
A.S dan Y. Bambang Sugeng. 2008. Sapi Potong : Pemeliharaan, Perbaikan
Produksi, Prospek Bisnis, dan Analisis Penggemukan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudono,
A., 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Swadaya. Jakarta.
Utomo,
R., S. P. S. Budhi, A. Agus, C. T. Noviandi. 2008. Bahan Pakan dan Formulasi
Ransum. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment